RATUSAN tahun orang-orang campuran berkulit putih, hitam, kuning maupun coklat dengan berseragam lengkap, berpostur tegap serta derap langkah yang senantiasa mantap, menebar teror buat semua individu yang menyatakan ingin merdeka dari Belanda.
Soal apa dan siapa mereka, bala serdadu KNIL jawabannya. Satuan yang sedianya lebih banyak dihuni orang pribumi ini, rela menindas pribumi lainnya yang menentang dan berseberangan dengan kebijakan Hindia-Belanda.
Koninklijk Nederlands Indisch Leger nama asli kesatuan ini. Tapi setelah 120 tahun jadi kepanjangan tangan Belanda di sisi militer di Indonesia yang dulu bernama Hindia-Belanda, akhirnya bubar juga, 26 Juli 1950 atau 65 tahun lampau, berdasarkan surat keputusan kerajaan Nomor K-309 sebelumnya tertanggal 20 Juli 1950. Kesatuan ini tak pernah lepas dari setiap jejak sejarah di nusantara, terutama jejak konflik antara para agresor Belanda dengan kelompok-kelompok perlawanan di berbagi daerah.
Menarik petilasan panjang tentang eksistensi KNIL, kesatuan ini dibentuk tak lama pasca-Perang Diponegoro atau Perang Jawa di abad 19. Gubernur Jenderal van den Bosch memprakarsai berdirinya KNIL pada 4 Desember 1830, tiga tahun setelah rampung Perang Diponegoro.
Satuan ini awalnya dinamakan “Algemeene Orders voot het Nederladsch-Oost-Indische Leger”. Sementara predikat “Koninklijke” baru disarankan Raja Willem I sebagai kepanjangan tangan dalam hal militer buat Kerajaan Belanda. Pun begitu, penggunaan sebutan KNIL sendiri baru terjadi atas inisiatif Hendrik Colijn pada 1933.