TANGSEL - Martiningsih (35) menjadi korban tewas dalam kecelakaan di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, kemarin sore. Nahas, tangannya ikut terputus dalam kejadian itu. Pihak keluarga sempat kesulitan mencarinya, beruntung ada cincin perkawinan yang membuat mudah dikenali.
Kisah itu diceritakan oleh sahabat dekat korban, Citra. Dia mengatakan, suami Martiningsih berupaya mencari keberadaan tangan istrinya di lokasi kecelakaan. Namun banyaknya potongan tubuh serupa, menambah sulit pencariannya.
"Sempet cari-cari tangan istrinya, awalnya ketemu. Tapi suaminya bilang bukan, ini bukan tangan istri saya. Saya kenal betul cincin yang ia kenakan," tutur Citra menirukan ucapan suami sahabatnya itu, di RSUD Pamulang, Minggu (11/2/2018).
Martiningsih sendiri meninggalkan suami dan seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang masih duduk di bangku kelas 6 SD Pamulang Indah. Ibunya, Sri Widodo, ikut meninggal dalam peristiwa itu.
(Baca juga: Balita Korban Kecelakaan Bus di Tanjakan Emen Masih Dirawat Intensif)
Sejatinya, Martiningsih duduk di dalam bis nomor 2. Namun dia memilih berpindah ke bis pertama, agar dapat lebih dekat dengan ibunya yang berada di bis tersebut.
"Ningsih pindah ke bis 1, biar dekat dengan ibunya, Sri Widodo. Makanya nama dia enggak ada di list bis 1, karena penumpang pindahan," tambahnya.
(Baca juga: Wali Kota Airin Tak Kuasa Menahan Tangis saat Temui Keluarga Korban Kecelakaan Subang)
Martiningsih bukanlah anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Permata. Keberangkatannya lebih karena diajak sang ibu untuk rekreasi. Meski suaminya telah melarang untuk bepergian.
"Dia sebenarnya dilarang ikut sama suaminya, tapi ngeyel, katanya sayang sudah bayar. Padahal anaknya lagi TO di SMP Sharma Karya UT. Tapi gimana ya namanya juga ajal, sudah diatur sama Allah," ungkap Citra.