TANGERANG SELATAN - Kecelakaan maut yang menewaskan 27 orang di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, beberapa hari lalu tentu sangat sulit dilupakan oleh para keluarga korban. Kisah kelam itu menambah daftar panjang, banyaknya korban jiwa yang harus dikorbankan akibat sistem keamanan moda transportasi yang buruk.
Tragedi memilukan itu terjadi pada Sabtu 10 Februari 2018 sore. Sebuah bus bernomor F 7959 AA yang merupakan bus pertama dalam iring-iringan 3 bus berisi rombongan keluarga dan anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Permata Ciputat Timur, terbalik di Tanjakan Emen, Subang.
Akibat kejadian, sebanyak 27 penumpangnya dinyatakan tewas, termasuk seorang pengendara motor yang melintas di lokasi. Sontak, Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi Permata yang dikemas juga dengan rekreasi ke lokasi wisata itu berakhir tragis.
Informasi kecelakaan bus pun ramai diberitakan di berbagai media elektronik pada malam kejadian. Kondisi demikian, membuat pihak keluarga dan kerabat yang tinggal di sekitar Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan (Tangsel) menanti cemas atas nasib keluarga yang ikut dalam rombongan bus.
Kecelakaan Bus di Tanjakan Emen (foto: Ist)
Para keluarga korban kecelakaan berduyun-duyun mulai berdatangan ke Kantor Kelurahan Pisangan yang berada di Jalan Tarumanegara, Legoso, Ciputat Timur. Mereka larut dalam haru, dan terus berupaya memastikan siapa saja yang menjadi korban kecelakaan.
Seiring waktu, pegawai kelurahan dan jajaran kepolisian dari Polsek Ciputat terus mengonfirmasi mengenai jumlah korban meninggal dan luka-luka. Sambil menunggu rincian itu, para keluarga kemudian bersama-sama menggelar doa dan tahlil di kantor Kelurahan Pisangan.
"Kita doakan agar prosesnya evakuasi dan perawatan diberi kemudahan dan kelancaran. Juga kita doakan semua korban meninggal diterima disisinya, amien," tutur Zainal Abidin, Ketua RW 07, Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, saat memulai tahlil.
Jumlah penumpang yang ikut dalam rombongan bus totalnya mencapai sekira 150 orang. Mereka berangkat Sabtu pagi, dengan dibagi kedalam 3 bus yang disediakan.
Sebagian besar adalah anggota KSP Permata yang juga merupakan ibu-ibu PKK di Kelurahan Pisangan, mereka pun ada yang membawa serta keluarganya dalam perjalanan itu.
Untuk memastikan data korban mengenai kecelakaan, Kelurahan Pisangan lantas membuka posko informasi. Papan mading informasi itu berisi data seluruh korban, baik yang meninggal dunia, luka ringan, luka berat dan korban selamat.
"Kita buka posko informasi di depan kantor Kelurahan. Kita belum mengetahui detail siapa saja korbannya. Sudah ada tim dari sini yang berangkat kesana (Subang) untuk membantu pendataan," terang Mulyadi, Staf Kesekretariatan Kelurahan Pisangan.
Nengsih (25) deru nafasnya terlihat tersengau saat tiba di Kelurahan Pisangan. Ia yang mengenakan jaket tebal nampak terlihat cemas menanti kabar terbaru sang kakak yang ikut dalam rombongan bis maut di Subang, Jawa Barat, itu.
"Saya cemas, masih nunggu informasi," ujar Nengsih di lokasi dengan wajah resahnya.
Dijelaskan Nengsih, kakaknya yang ikut dalam rombongan merupakan anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Permata. Rombongan itu berangkat Sabtu tadi mengenakan 3 bus.
"Saya bingung, tadi juga sudah nanya - nanya, tapi memang masih belum ada yang tahu. Handphone-nya sulit dihubungi, saya telefon berkali-kali juga enggak diangkat," ucap Nengsih dengan mata berkaca-kaca.
Sementara dihubungi terpisah, Lurah Pisangan, Idrus Asenih, yang juga berada dalam rombongan bus berbeda mengaku, masih menunggu kabar lebih lanjut dari rumah sakit di Subang mengenai data lengkap siapa saja yang menjadi korban.
"Laporan rincinya masih belum dapat, karena korban yang meninggal masih belum semua teridentifikasi," ungkap Idrus saat dihubungi melalui smabubgan telefon beberapa jam usai kejadian.
Berbeda hal dengan keluarga korban lainnya saat menanti kabar terbaru, tiba-tiba seorang perempuan langsung terjatuh pingsan saat staf kelurahan mengumumkan nama-nama korban meninggal. Rupanya, salah satu yang disebutkan meninggal itu terdapat nama ayahnya, Sujono.
"Itu anaknya Pak Sujono, tapi saya kurang tahu namanya siapa. Bapaknya (Sujono) tadi disebut meninggal di RSUD Subang," terang Khodijah, anggota PKK Kelurahan Pisangan di lokasi.
(Baca Juga: Tangis Keluarga Pecah saat Jenazah Korban Kecelakaan Tanjakan Emen Tiba di RSUD Tangsel)
Hingga Minggu 11 Februari 2018, dinihari. Barulah dapat kepastian lengkap mengenai korban meninggal, luka fan selamat. Total seluruh korban meninggal mencapai 27 orang, 8 orang luka berat, dan 10 luka ringan.
Daftar korban meninggal :
1. Minah Rahayu (46),
2. Julaeha (58),
3. Sopiah (63),
4. Aminah (44),
5. Sri Widodo (63),
6. Masiah bin Nur Badeng (56),
7. Munih (57),
8. Sri Rochayati (49),
9. Sugiati (55),
10. Oktikah,
11. Siti Mulyamah,
12. Hasanah (46),
13. Mimin Mintarsih (44),
14. Juminten (60),
15. Liliana (48),
16. Tety Sumiati (48),
17. Sri Sulastri (60),
18. Elida (64),
19. Sujono (Laki/56),
20. Hj Paikem (64),
21. Atifah Siameti (10),
22. Rusminah (50),
23. Siti Payung Alam (39),
24. Ari Lestari (Laki/42),
25. Yanuati (60),
26. Sri Martiningsih (35),
27. Agung Waluyo (Pemotor/42).
<img src="http://i.okezone.tv/photos/2018/02/11/47245/241751_medium.jpg" alt="Isak Tangis Keluarga Korban Kecelakaan Bus di Tanjakan Emen Menggema di RSUD Tangsel" width="480" sandbox="allow-scripts allow-same-origin" layout="responsive" />
Luka ringan 10 orang:
1. Amiruddin (Sopir bis),
2. Dedi Kusnaedi (Kenek),
3. Sawiyah,
4. Juna Enah,
5. Dahlia,
6. Euis Indrawati,
7. Dewo,
8. Saanih,
9. Naman,
10. Yeti Munjiawati.
Luka berat 8 orang:
1. M Abdul Fatih (9 tahun),
2. Supriono,
3. Darsinah,
4. Nasiah,
5. Samirah,
6. Satiah,
7. Kanah,
8. Elmira.
"Korban yang meninggal asal Kota Tangsel mencapai 26 orang, 1 di antaranya beridentitas Depok, tapi tinggalnya di Tangsel. Satu korban lagi adalah pengendara sepeda motor" ujar Syaifuddin, Kasie Pemerintahan Kelurahan Pisangan, di Posko Informasi.
Mendapati banyak warganya menjadi korban kecelakaan, Pemkot Tangsel langsung bergegas mengutus Sekda Kota Tangsel, Muhammad, untuk berangkat ke Subang, bersama sekira 20 unit mobil ambulan dari berbagai Puskesmas di wilayah Tangsel, serta ditambah beberapa unit dari pihak lain.
Pada Minggu pagi, iring-iringan ambulan berisi jenazah korban kecelakaan tiba di RSUD Tangsel, Jalan Pajajaran, Pamulang Barat, Pamulang. Jerit tangis keluarga yang telah lama menunggu di ruang Pemulasaraan Jenazah pun pecah.
"Mamah, mamah," ucap seorang gadis belia histeris melihat mobil ambulans pengangkut jenazah ibunya tiba di Ruang Pemulasaraan Jenazah RSUD Tangsel.
Hal yang sama terjadi saat beberapa jenazah lain tiba di ruang pemulasaraan. Pihak keluarga tidak bisa membendung rasa haru. Bahkan, ada juga yang sempat terkulai lemas dan pingsan menyaksikan tubuh saudaranya dikeluarkan dari dalam mobil ambulans dengan posisi berada di keranda.
Seluruh jenazah akan dimandikan dan dibersihkan terlebih dahulu sebelum dikafani. Setelah itu, barulah jenazah disalati di masjid yang lokasinya bersebelahan dengan Ruang Pemulasaraan RSUD Tangsel.
"Nanti kita mandikan, bersihkan. Jika sudah selesai, kita salatkan di masjid di sini," terang (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Suhara Manulang.
<div class="vicon"><iframe width="480" height="340" src="https://video.okezone.com/embed/MjAxOC8wMi8xMS8yMi8xMDg5MzUvMC8=" sandbox="allow-scripts allow-same-origin" layout="responsive"></iframe></div>
Wali Kota Tangsel, Airin Rachmi Diany menyambangi RSUD yang menjadi lokasi disemayamkannya puluhan jenazah korban kecelakaan. Ia pun tampak tak kuasa membendung haru saat memeluk satu-persatu keluarga korban kecelakaan.
Mengenakan pakaian serba hitam, Airin seolah menunjukkan rasa empatinya kepada seluruh keluarga korban. Tanpa banyak berkata-kata, dia lantas merangkul perempuan paruh baya di hadapannya yang tak lain adalah orangtua dari salah satu korban meninggal dunia.
"Yang sabar ya bu, ikhlas. Kami juga merasakan apa yang telah menimpa keluarga ibu. Semoga semua amal almarhumah diterima di sisi-Nya," ucapnya terbata-bata dengan mata memerah.
<img src="http://i.okezone.tv/photos/2018/02/12/47264/241816_medium.jpg" alt="18 Korban Selamat Kecelakaan Tanjakan Emen Dirawat di RSUD Tangerang Selatan" width="480" sandbox="allow-scripts allow-same-origin" layout="responsive" />
Banyak kisah duka yang diceritakan pihak keluarga, baik itu firasat sebelum kejadian kecelakaan, maupun saat-saat mencari bagian tubuh terputus dari keluarganya yang menjadi korban.
Sebagaimana terjadi pada korban Martiningsih (35) yang tewas dalam kecelakaan itu. Nahas, tangannya ikut terputus akibat benturan keras serta himpitan di dalam bus. Pihak keluarga sempat kesulitan mencari bagian tangannya, beruntung ada cincin perkawinan yang membuat mudah dikenali.
Kisah itu diceritakan oleh sahabat dekat almarhum bernama Citra. Dia mengatakan, suami Martiningsih berupaya mencari keberadaan tangan istrinya di lokasi kecelakaan. Namun banyaknya potongan tubuh serupa, menambah sulit pencariannya.
"Sempet cari-cari tangan istrinya, awalnya ketemu. Tapi suaminya bilang bukan, ini bukan tangan istri saya. Saya kenal betul cincin yang ia kenakan," tutur Citra menirukan ucapan suami sahabatnya itu, di RSUD Pamulang.
Martiningsih sendiri meninggalkan suami dan seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang masih duduk di bangku kelas 6 SD Pamulang Indah. Ibunya, Sri Widodo, ikut meninggal dalam peristiwa itu.
(Baca Juga: Cerita Pemandi Jenazah Korban Tragedi Tanjakan Emen di RSUD Tangsel)
Sejatinya, Martiningsih duduk di dalam bis nomor 2. Namun dia memilih berpindah ke bis pertama, agar dapat lebih dekat dengan ibunya yang berada di bis tersebut.
"Ningsih pindah ke bis 1, biar dekat dengan ibunya, Sri Widodo. Makanya nama dia enggak ada di list bis 1, karena penumpang pindahan," tambah Citra.
Kisah haru menyayat hati juga dirasakan Hafis Isa Asyari (15). Ibunya, Ari Lestari (42), dinyatakan tewas dalam kecelakaan itu. Hafis yang masih duduk di bangku kelas IX SMP Muhammadiyah ini pun harus merelakan perpisahan selama-lamanya dengan sang ibunda tercinta.
Saat menanti jenazah ibunda tercinta tiba di RSUD Tangsel, Hafis sempat bercerita tentang pesan yang disampaikan khusus kepadanya. Hafis tak menyadari, jika ternyata itu adalah waktu terakhir kali dia berkomunikasi dengan ibunya sebelum mengalami kecelakaan.
"Aku sempat tanya mamah kemarin. 'Mamah berangkat jam berapa tadi? Terus sudah sampai mana?' Mamah jawab, 'Sudah sampai rest area. Tadi pagi berangkat jam 6, adek (sebutan Hafis dari sang ibu)'," tutur Hafis sambil terisak tangis.
Hafis dan kakak kandungnya bernama Hana Khoirunnisa Asyari merupakan dua bersaudara yang lahir dari pasangan Asep Budiharjo dan Ari Lestari. Kakaknya sendiri kini tengah menempuh kuliah di STIEAD Ahmad Dahlan.
"Mamah cuma titip pesan, 'Kamu hati-hati ya, adek'," ujar Hafis.
<div class="vicon"><iframe width="480" height="340" src="https://video.okezone.com/embed/MjAxOC8wMi8xMS8yMi8xMDg5MzcvMC8=" sandbox="allow-scripts allow-same-origin" layout="responsive"></iframe></div>
Sebelum kecelakaan itu, Hafis sangat gelisah dengan perasaan yang dialami tak sebagaimana mestinya. Acapkali dia merasa ingin selalu berada di dekat pelukan sang ibu.
"Dari sebelum kejadian, sudah enggak enak, gelisah terus," imbuhnya.
Bahkan, awalnya Hafis meminta agar sang ibu turut mengajaknya pergi ke Subang. Namun takdir berkehendak lain, ibunya berangkat dengan ditemani neneknya Sri Widodo (63) dan Martiningsih (35), keponakan dari ibunya. Ketiganya pun dinyatakan tewas akibat kecelakaan.
<img src="http://i.okezone.tv/photos/2018/02/12/47266/241825_medium.jpg" alt="Suasana Haru Pemakaman Massal Korban Kecelakaan Tanjakan Emen di TPU Legoso Ciputat" width="480" sandbox="allow-scripts allow-same-origin" layout="responsive" />
Usai dimandikan dan disalatk, sebanyak 22 jenazah akhirnya dimakamkan massal di TPU Legoso, Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Sedangkan 4 diantaranya dibawa oleh masing-masing keluarga untuk dimakamkan di Cirebon, Medan, Ciledug (Tangerang), dan Depok.
Saat jenazah tiba di area TPU Legoso, pihak keluarga, kerabat hingga warga sekitar telah memenuhi sekitar pemakaman. Tangis haru kian tak terbendung, ketika satu persatu jenazah yang telah terbalut kain kafan putih diturunkan dari mobil ambulans untuk dimasukkan kedalam liang kubur.
Pemerintah Kota Tangsel sendiri telah mempersiapkan penggalian lubang kubur dengan 2 lubang ukuran cukup besar dan 8 lubang ukuran kecil. Penggalian berlangsung menggunakan unit Eskavator, mengingat ada puluhan jenazah yang dimakamkan di lokasi tersebut.
"Kita sudah menyiapkan untuk area pemakamannya, tapi kan kita menyerahkan lagi kepada keinginan para keluarga korban untuk tempat pemakamannya," terang Benyamin Davnie, Wakil Wali Kota Tangsel saat berada di RSUD Pamulang.
(Baca Juga: Korban Meninggal Tragedi Tanjakan Emen Dimakamkan Massal di Ciputat)
Adapun korban tewas yang dikuburkan secara massal dalam satu lubang adalah Minah Rahayu, Sopiah, Julaeha, Aminah, Sri widodo, Sugianti, Asanah, Elida, Jono, Paikem, Rusminah, Sri Martiningsih, Ari lestari, dan Juminten.
Sedang jenazah korban yang dimakamkan secara terpisah atau sendiri-sendiri yaitu, Masiah, Munih, Oktika Trisnawati, Siti Mulyana, Lilyana, Teti Sumiati, Sri Sulastri, Yanuati, dan terakhir Agus Mulyono.
Sementara korban tewas yang dibawa ke kampung halamannya, masing-masing bernama Sri Rochayati di Cirebon, Atifah Siameti di Depok, Siti Payung Alam di Medan, dan Mimin Mintarsih di Ciledug.
<div class="vicon"><iframe width="480" height="340" src="https://video.okezone.com/embed/MjAxOC8wMi8xMS8yMi8xMDg5MzgvMC8=" sandbox="allow-scripts allow-same-origin" layout="responsive"></iframe></div>