BRUSSELS – Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sedang menyelidiki laporan tentang penjualan dokumen rahasianya oleh kelompok peretas (hacker), menurut laporan BBC. Beberapa data yang dijual tersebut dilaporkan menjelaskan secara rinci produk-produk dari produsen pertahanan Eropa MBDA Missile Systems.
“Kami sedang menilai klaim terkait data yang diduga dicuri dari MBDA. Kami tidak memiliki indikasi bahwa ada jaringan NATO yang telah disusupi,” kata juru bicara aliansi militer itu, seperti dikutip dari BBC.
BBC mengatakan peretas tak dikenal menuntut 15 Bitcoin (sekira USD320.000 atau Rp4,7 miliar dengan harga saat ini) untuk kumpulan data yang dicuri tersebut. Harga dan detail lainnya cocok dengan apa yang dilaporkan pada awal Agustus oleh situs web berita keamanan siber dan teknologi informasi Prancis LeMagIT.
Cache data tampaknya ditawarkan kepada calon pembeli oleh seseorang bernama Adrastea pada akhir Juli dan diyakini berasal dari hard drive eksternal. Anak perusahaan MBDA Italia diduga menjadi titik pelanggaran peretas, demikian dilansir dari RT.
BBC mengatakan telah mempelajari sampel gratis dokumen dan menemukan dokumen dengan berbagai label klasifikasi NATO dan Amerika Serikat (AS). Beberapa makalah muncul untuk merinci misi skuadron udara AS di Estonia pada 2020. Sementara yang lain menunjukkan skema untuk sistem anti-pesawat yang disebut Land Ceptor CAMM. BBC menekankan bahwa mereka tidak dapat memverifikasi keaslian dokumen secara independen.
Laporan oleh LeMagIT mengatakan telah menghubungi MBDA untuk memberikan komentar dan bahwa perusahaan tersebut mengaku menjadi sasaran upaya pemerasan. Kedua outlet mengutip MBDA, yang menilai pelanggaran itu tidak serius, menggambarkan data yang dicuri sebagai "bukan data rahasia atau sensitif".
BBC mengatakan beberapa dokumen MBDA yang diambil sampelnya ditandai dengan "informasi hak milik untuk tidak diungkapkan atau direproduksi."
(Rahman Asmardika)