Cara Bung Karno Gelar Konferensi Asia-Afrika Ajak Puluhan Negara Netral dari Blok Timur dan Barat

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis
Selasa 25 April 2023 06:00 WIB
Bung Karno (Foto: Dok Istimewa/Okezone)
Share :

JAKARTA - Presiden Soekarno menggagas Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika (KAA) dengan negara-negara yang baru saja memperoleh kemerdekaan.

KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario.

Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.

Saat itu, situasi dunia dalam pengaruh Perang Dingin antara blok Barat (Amerika Serikat Cs) dan Timur (Uni Soviet dkk), membuat suatu negara–apalagi mengajak puluhan negara untuk bersikap netral.

Padahal cita-cita ini yang ingin ditanamkan Presiden RI pertama, Soekarno terkait dihelatnya Konferensi Asia-Afrika (KAA).

Setelah beragam langkah dijalani untuk menggelar KAA, mulai dari Pertemuan Tugu, Konferensi Kolombo (Konferensi Pancanegara I), hingga Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II), event akbar lintas dua benua itu nyaris gagal terselenggara.

Sempat terjadi beberapa hambatan, salah satunya tuntutan Burma (kini Myanmar), agar KAA juga turut mengundang Republik Rakyat China (RRC). Jika tidak, Burman mengancam resign alias mengundurkan diri.

Namun, tuntutan itu ditentang keras dua negara Asia Selatan, Pakistan dan Ceylon (kini Sri Lanka). Alasannya, RRC merupakan negara mutlak penganut komunisme dan dicemaskan akan mencoreng kenetralan yang ingin diusung KAA sebagai tonggak tatanan dunia baru.

Untuk, meredakan perdebatan, Soekarno memberi pertimbangan bahwa sedianya, kehadiran RRC justru bisa membawa hasil yang lebih baik buat KAA. RRC dianggap merupakan aset besar Asia. Alasan lainnya, meski RRC menganut komunisme, negara tirai bambu itu tak “mesra” dengan Uni Soviet.

Kekhawatiran pun selesai dan RRC diundang secara resmi ke KAA. Pada pidatonya, PM RRC Zhou Enlai tak memanfaatkan forum itu untuk menggugat keterlibatan Amerika Serikat (AS) soal sengketa Taiwan, atau menggugat keanggotaan RRC di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

RRC menyatakan, sepakat sepenuhnya dengan tujuan dasar KAA, soal persatuan, perdamaian dan kemerdekaan negara-negara di Asia dan Afrika yang masih dicengkeram kolonialisme.

Persoalan tak berhenti sampai di situ. Demi menegaskan bahwa KAA juga bukan forum lain untuk “merapat” ke Blok Timur, dikutip dalam buku “The Bandung Connection”, Soekarno punya trik tersendiri pada pidato pembukannya.

Bung Karno menyertakan puisi soal Paul Revere patriot heroik di masa Revolusi Amerika yang kebetulan, terjadi di hari dan bulan yang sama, 18 April 1775.

"The battle against colonialism has been a long one, and do know that today is a famous anniversary in that battle? (Perjuangan melawan kolonialisme sudah terjadi sejak lama, dan patut diketahui bahwa hari ini adalah peringatan perjuangan itu),” kata Soekarno.

“On the 18th day of April 1775, just 180 years ago, Paul Revere rode at midnight through the New England countryside. (Pada 18 April 1775, tepat 180 tahun lalu, Paul Revere di tengah malam berkuda sepanjang New England),” tambahnya.

“Warning of the approach of British troops and of the opening of the American War of Independence, the first successful anti-colonial war in history. (Memberi peringatan pergerakan pasukan Inggris dan membuka Perang Kemerdekaan Amerika, perang antikolonial pertama yang sukses),” ujar Bung Karno.

Bung Karno juga sempat lebih dulu memimpin mengheningkan cipta untuk ilmuwan ternama, Albert Einstein, yang wafat di waktu yang sama, 18 April 1955 sebelum pembukaan KAA.

(Fakhrizal Fakhri )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya