Dan ruangan ketiga menjadi gudang penyimpanan, tempat ditemukan 94 butir ekstasi berlogo bintang dan sejumlah alat cetak pil.
“Ketiganya merupakan residivis kasus narkoba dan sudah beroperasi sekitar tiga bulan,” jelas Calvijn.
Menurutnya, SS bertindak sebagai pengendali utama distribusi ekstasi. Modus yang digunakan cukup rapi. Pembeli diminta menunggu di luar, sementara FA mengambil barang langsung dari SS di dalam markas.
“Tempat seperti ini seharusnya menjadi wadah pembinaan generasi muda, bukan justru dijadikan sarang produksi narkoba,” tegasnya.
(Awaludin)