Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Unpad Kisahkan Nabi Muhammad Melalui Opera Sunda

Arif Budianto , Jurnalis-Selasa, 10 Agustus 2010 |10:00 WIB
Unpad Kisahkan Nabi Muhammad Melalui Opera Sunda
Image: corbis.com
A
A
A

BANDUNG - Beduk ditabuh. Gemuruh musik mengiringi tembang-tembang Sunda bernuansa Islam menandai dimulainya pertunjukan Opera Sunda Cisoka Singa Sahara di Aula Universitas Padjadjaran (Unpad), Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung.

Wanita-wanita dengan pakaian khas padang pasir tak henti-hentinya melantunkan tembang Sunda yang menghiasi opera yang berkisah tentang Rasul Muhammad SAW dan sahabatnya Umar bin Khatab ini. Ceritanya diangkat dari kisah sahabat Nabi Muhammad, Umar bin Khatab.

Lelaki yang juga disebut sebagai Singa Padang Pasir ini pada awalnya tidak memercayai rasul akhir zaman wafat. Dia lebih yakin bahwa Nabi Muhammad pergi untuk beberapa saat walaupun pada akhirnya Umar harus menerima kenyataan bahwa sahabat tercintanya, Muhammad SAW, adalah manusia biasa. Tidak ada bedanya dengan manusia lain yang bisa meninggal dunia kapan pun.

Sesuai dengan konsep pertunjukan, yaitu opera mapag Ramadan, pertunjukan garapan Unit Kesenian Unpad ini lebih fokus pada vokal atau suara. Dialog dibuat begitu jelas dan teratur. Menariknya, dialog dibuat seolah sedang berpantun atau bersyair dengan logat khas Sunda. Penonton pun dibuat terkesima dengan syair-syair dan pantun Sunda dibalut latar panggung ala padang pasir di Arab Saudi.

Bukan hanya penonton saja yang terpesona menyaksikan karya spektakuler ini, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pun mengaku ketagihan. Bahkan, Ahmad Heryawan meminta agar seni teater dipertahankan dengan memasukkan nilai-nilai dakwah dan unsur lokal. Tidak disangka, pertunjukan opera spektakuler ini disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Rektor Unpad Ganjar Kurnia.

Pria yang sehari-hari disibukkan dengan urusan pendidikan ini rupanya memiliki keterampilan luar biasa dalam mengolah seni drama. Di tengah kesibukannya mengurus ribuan mahasiswa Unpad, rektor berkacamata ini masih sempat menyalurkan kemampuannya menulis naskah dan menjadi sutradara. “Kalau kita selalu berpikir pekerjaan, maka tidak ada variasinya. Karena menggarap pertunjukan adalah sesuatu yang menyenangkan,” tegas Ganjar.

Menurut rektor yang mengawali kariernya di Fakultas Pertanian ini, konsep teater yang digelarnya kali ini berbeda dengan sebelumnya. Sebab, kali ini dirinya lebih mengedepankan vokal. “Berbeda dengan gamelan, konsep opera memang fokus pada vokal. Penonton diajak lebih memahami jalan cerita dari vokal dialog para pemain,” jelasnya.

Menurut dia, cara penyampaian pesan dengan teknik vokal ini merupakan salah satu cara yang sedang ditempuhnya dalam berkarya mengingat beberapa pertunjukan yang pernah digarap Ganjar selalu berkonsep teater, gending, dan drama. Berbeda dengan opera, gending lebih menitikberatkan aransemen musik. “Ingin menyuguhkan sesuatu yang berbeda saja. Tidak itu-itu saja,” ujarnya.

Hingga saat ini, tercatat Unpad telah 28 kali menggelar pertunjukan bertema teater, drama, gending, atau opera. Kegiatan ini rutin diadakan Unpad selama beberapa tahun terakhir.

(Rani Hardjanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement