LAMPUNG TIMUR - Biaya pelestarian badak ternyata sangat fantastis. Hal itu wajar karena melestarikan badak sangat sulit.
Susie Elis, aktivis International Rhino Foundation (IRF), mengatakan, biaya yang dikeluarkan per ekor badak per tahun dalam penangkaran di Suaka Rhino Sumatera (SRS), Taman Nasional Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, Lampung, mencapai USD30 ribu atau hampir Rp300 juta.
Follow Berita Okezone di Google News
”Memang mahal, tapi itu sebanding dengan betapa sulitnya badak dilestarikan. Badak Sumatera dan badak Jawa adalah jenis badak hitam yang populasinya paling rendah di seluruh dunia,” jelas Susie.
Populasi badak Sumatera dan badak Jawa di dunia hanya sekira 9.000 ekor. ”Kalau di dunia, ada sekira 29 ribu ekor. Tapi, sekira 20 ribu ekor adalah jenis badak putih. Jadi, yang paling kritis populasinya adalah badak Jawa dan Sumatera yang masuk ke jenis badak hitam,” beber Susie.
Itulah yang menjadi alasan mengapa saat Andatu lahir, Juni 2012, seluruh dunia ikut merayakannya. Kelahiran Andatu menjadi sejarah tersendiri, karena yang pertama setelah 120 tahun.
"Kelahiran ini menjadi sangat penting karena biasanya orang tidak bisa membiakkan. Kini, oleh orang-orang Indonesia sendiri, di dalam taman nasional sendiri, dalam lokasi sendiri, keadaan alam sendiri, bisa berhasil. Ini suatu hal yang sangat menggembirakan. Karena ini menandai satu titik balik untuk kita menambah populasi. Tapi, tentu saja harus didukung dengan perlindungan yang bagus,” timpal Direktur Yayasan Badak Indonesia (YABI) itu, Widodo Promono.
Penyabab menurunnya populasi badak, kata Widodo, selain sulitnya hewan itu bereproduksi, juga karena perburuan yang dilakukan secara brutal selama hampir dua dasawarsa. Dalam periode itu, populasi badak menurun drastis hingga 50 persen.
”Kalau kita lihat, bagaimana sulitnya dia berkembang tidak sebanding dengan perburuannya. Perkembangbiakan badak sangat sulit. Ini sudah dekat pada kondisi yang sangat mengkhawatirkan,” pungkasnya.
(ton)