Share

Kenapa Lulusan Vokasi Banyak Nganggur?

Rachmad Faisal Harahap, Okezone · Rabu 10 April 2013 16:07 WIB
https: img.okezone.com content 2013 04 10 373 789364 jcgOTywKub.jpg Ilustrasi: suasana job fair. (Foto: Okezone)

JAKARTA - Secara teori, lulusan pendidikan kejuruan alias vokasi harusnya lebih mudah mencari kerja. Pasalnya, mereka sudah dibekali skill yang dibutuhkan untuk mampu menguasai suatu profesi.

Tetapi nyatanya, masih sangat banyak lulusan pendidikan vokasi di Indonesia menganggur, termasuk dari jenjang pendidikan tinggi. Apa penyebabnya?

Follow Berita Okezone di Google News

Salah satu penggagas sekaligus pendiri Politeknik di Indonesia Ir. Hadiwaratama, MS.c, menjelaskan, tingginya angka pengangguran di antara kalangan lulusan vokasi salah satunya disebabkan oleh kualitas pendidikan vokasi itu sendiri.  Minimnya kualitas itu, kata Hadiwaratama, salah satunya dipengaruhi oleh kualifikasi dosen di perguruan tinggi vokasi.

Saat ini, banyak dosen yang bukan berasal dari pendidikan vokasi. Bahkan angkanya mencapai lebih dari 50 persen. Padahal, pendidikan vokasi lebih didominasi praktikum daripada teoritis. Rasionya, 60 persen praktik dan 40 persen teori.

"Idealnya, para dosen seharusnya dari kalangan profesional, tidak sekadar berijazah S-2 saja," kata Hadiwartama dalam Talkshow bertajuk "Pendidikan Vokasi Mau Kemana", seperti dilansir laman Politeknik Negeri Malang, Rabu (10/4/2013). 

Hadiwaratama menyayangkan tidak adanya lagi pusat pelatihan bagi calon dosen politeknik. Dulu, para calon dosen politeknik harus mengikuti pelatihan selama setahun di Bandung sebelum diperbolehkan mengajar.

"Sayangnya, saat ini orang lebih suka mencari ijazah daripada keterampilan, sehingga agenda pelatihan satu tahun dianggap tidak penting dari mengejar gelar," imbuhnya.

Selain menyentil kualitas dosen, Hadiwaratama juga mengingatkan pentingnya politeknik menemukan jenis kelamin. Politeknik, ujarnya, harus memilih fokus pendidikan antara basic research, technological research, atau engineering.

"Politeknik juga harus memperhatikan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan hasil kajian di berbagai negara, sebagai sumber dalam pembuatan program dan kurikulum di Politeknik," tuturnya.

Sementara itu, Direktur Seamolec DR. Ir. Gatot Hari Priowirjanto menekankan pentingnya sinergi politeknik dengan industri agar para lulusan politeknik langsung bekerja. Sedangkan Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud Anang Cahyono ST. MT mengingatkan agar pendidikan vokasi disesuaikan dengan kebutuhan pasar.

"Jangan sampai para lulusan pendidikan vokasi tidak berguna di dunia kerja karena ilmu yang bertolak belakang dengan kebutuhan pasar," imbuh Anang.

(rfa)

Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini