Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ekspresikan Kejengkelan dengan Lomba Memanah Koruptor

Arie Yoenianto , Jurnalis-Minggu, 17 Agustus 2014 |19:16 WIB
Ekspresikan Kejengkelan dengan Lomba Memanah Koruptor
Panah Koruptor. Tiga warga Bangil beradu ketangkasan lomba memanah pada perayaan HUT kemerdekaan RI. (Foto Arie Yoenianto/Sindo Jatim)
A
A
A

PASURUAN – Beragam ekspresi ditumpahkan masyarakat dalam memeringati dan memeriahkan hari kemerdekaan RI ke-69. Di sejumlah perkampungan, dilakukan dengan menggelar Barikan (doa dan makan bersama di pelataran) pada malam menjelang peringatan hari kemerdekaan.
 
Demikian pula perayaan hari kemerdekaan warga Dusun Satak, Kelurahan Kersikan, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan. Lahan persawahan yang berlumpur menjadi arena untuk menggelar upacara ala rakyat dan berbagai perlombaan. Selain panjat pinang dan gepuk bantal, mereka juga menggelar lomba panahan.
 
Yang membedakan lomba panah ala kampung ini adalah sasaran bidik anak panah yang dirupakan dengan wajah pencoleng uang rakyat dinegeri ini. Tiga foto wajah yang menjadi bidikan anak panah tersebut yakni dua orang mantan petinggi Partai Demokrat, Anas Urbaningrum dan M Nazarudin, serta mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar.
 
Lomba memanah koruptor yang direpresentasikan pada tiga orang ini, tak lain adalah bentuk ungkapan keprihatinan dan kejengkelan warga terhadap perilaku para petinggi di republik ini. Uang negara yang seharusnya dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat justru dicuri dan digunakan untuk kepentingan dirinya sendiri.
 
Secara bergantian, tiga orang beradu ketangkasan memanah sasaran bidik foto wajah para koruptor tersebut. Dengan kemampuan memanah yang asal-asalan, namun mereka cukup bersemangat untuk ‘menghukum’ para koruptor tersebut. Tak pelak, wajah-wajah para koruptor ini rusak tertembus anak anak panah.
 
"Biasanya kami hanya bisa mengumpat dalam hati. Sekarang mumpung ada kesempatan, kami lampiaskan dengan memanah wajah koruptor,” kata Mustopa, seorang warga yang berlepotan lumpur ini.
 
Muslim, seorang tokoh masyarakat setempat mengungkapkan, aksi spontanitas perlombaan memanah ini didasarkan atas keprihatian atas perilaku para pejabat dan politisi yang mengkianati amanat rakyat. Dengan jabatan yang diembannya, mereka tidak bekerja untuk kepentingan bangsa dan rakyat. Namun justru memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi.
 
"Masalah-masalah bangsa itu tidak pernah terselesaikan karena para penggede, pejabat dan politisi yang tidak peka dengan masalah rakyat. Mereka justru memanfaatkan posisinya untuk berlomba memperbesar kekayaannya dengan cara korupsi,” kata Muslim.
 
Menurutnya, ekspresi rakyat ini hendaknya dijadikan peringatan bagi para petinggi negara agar menjaga amanah dan berkomitmen untuk memakmurkan rakyat. Karena tindakan korupsi tersebut sangat melukai hati rakyat yang selama ini mendambakan perbaikan kesejahteraan hidupnya.

(Muhammad Saifullah )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement