TASIKMALAYA - Permintaan terhadap sapi untuk kurban terus meningkat menjelang Idul Adha 1435 H, namun stok sapi yang terbatas membuat harga sapi terus melambung.
Kondisi ini membuat sapi-sapi pemakan sampah yang digembalakan di tempat pembuangan akhir (TPA) Ciangir, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, banyak diburu oleh pedagang sapi kurban.
Follow Berita Okezone di Google News
Â
Selain untuk memenuhi permintaan yang tinggi, harganya juga relatif lebih murah dibandingkan dengan harga sapi di pasaran. Ada ratusan sapi yang digembalakan di TPA seluas 600 hektare itu.
Kedatangan truk-truk sampah bukan hanya ditunggu oleh para pemulung, namun juga ratusan sapi. Bedanya, bila sapi-sapi tersebut mencari sisa sayuran, para pemulung mencari barang-barang bekas yang masih bisa dijual atau didaur ulang.
Maman, seorang pemulung, Kamis (2/10/2014), menuturkan, setiap hari sapi dikeluarkan dari kandang pukul 08.00 WIB. Mereka dilepas begitu saja di tumpukan sampah sampai sore untuk mencari makan sendiri.
Menurut Maman, sapi-sapi tersebut dikelola oleh para pemulung. Awalnya hewan herbivora itu merupakan bantuan dari pemerintah lalu beranak pinak hingga jumlahnya kini ratusan ekor.
Sapi-sapi itulah yang dicari para pedagang hewan kurban untuk dijual kembali. Harganya cukup menggiurkan, para pedagang hewan kurban cukup mengeluarkan modal antara Rp8 juta dan Rp10 juta per ekor. Harga jualnya bisa belasan hingga puluhan juta.
Sementara itu, Kepala UPTD Rumah Pemotongan Hewan, Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya, Aceu Simadrah, menerangkan, daging sapi pemakan sampah mangandung timbal yang bisa menyebabkan penyakit kanker pada manusia yang mengonsumsinya. Efeknya memang tidak dirasakan langsung, tapi jangka panjang.
Aceu mengimbau kepada para konsumen yang akan membeli sapi untuk lebih berhati-hati. Pasalnya membedakan sapi pemakan sampah dengan sapi pemakan rumput masih sulit dilakukan secara kasat mata, namun harus diperiksa melibatkan melibatkan petugas atau dokter hewan.
(ton)