TOKYO – Pemimpin suku etnik Muslim Uighur mengungkapan fakta bahwa lebih dari 10 ribu warga Uighur telah meninggalkan China setelah otoritas Negeri Tirai Bambu itu meningkatkan kontrol aktivitas keagamaan mereka.
Fakta tersebut disampaikan oleh ketua Kongres Uighur Dunia, Rebiya Kadeer ketika ia berada di Tokyo, Jepang pada Rabu 25 Mei 2016.
Sebagaimana dilansir dari NHK, Kamis (26/5/2016) Kadeer menuturkan semenjak Presiden Xi Jinping menduduki kursi nomor satu di China, Negeri Tirai Bambu semakin menguatkan kontrol terhadap aktivitas keagamaan para Muslim Uighur yang tinggal di wilayah otonomi Uighur di Xinjiang.
Ia mengatakan, aktivitas tendensius dari otoritas semakin umum setelah undang-undang antiterorisme mulai diterapkan di China semenjak Desember 2015. Ia mengatakan, karena hal tersebut, banyak Muslim Uighur yang meninggalkan China dan kabur ke Turki melalui Thailand, Malaysia dan wilayah lainnya di Asia.
Dilaporkan, Kadeer mengunjungi Tokyo untuk meminta para anggota KTT G7 mengangkat isu ini sebagai bagian dari krisis pengungsi dan membantu mencarikan solusi bagi para Muslim Uighur.
Pihak Pemerintah China sendiri kerap mengkritisi Kadeer yang tinggal di luar Negeri Tirai Bambu dan bergerak sebagai aktivis Muslim Uighur. China mengatakan aktivitas Kadeer bersifat anti-China dan berusaha memecah belah warga di Negeri Tirai Bambu.
(emj)