PONTIANAK - Kasus dugaan pemerkosaan terhadap siswi SMK di Pontianak berinisial V, oleh oknum dosen salah satu universitas negeri ternama di Pontianak hingga saat ini belum ada titik terang.
Ketua Yayasan Nanda Dian Nusantara Devi Tiomana mengatakan, semenjak laporan yang dibuat oleh kakak V ke Polresta Pontianak 31 Mei 2016, hingga saat ini pihak kepolisian belum menetapkan DP, oknum dosen sebagai tersangka.
"Hingga saat ini DP belum ditetapkan sebagai tersangka, sementara rasa trauma dan segala rasa yang dialami V hingga saat ini terus dirasakan sebagai korban pencabulan," jelasnya.
Dugaan pemerkosaan tersebut terjadi pada 20 Mei 2016. Setelah kejadian itu, V yang masih berumur 16 tahun, sempat ingin lompat dari gedung tempatnya magang. "V sempat ingin lompat dari gedung, namun diselamatkan oleh teman magang dan staf dari yayasan Patria," jelasnya.
Akibat kekecewaan yang mendalam karena kasusnya jalan di tempat, ditambahkan Devi, V lantas berkirim surat ke Presiden Joko Widodo. "Surat ini murni dibuat oleh korban tanpa ada suruhan dan paksaan dari siapapun," katanya.
Sementara Kasat Reskrim Polresta Pontianak, Andiyul menjelaskan, bahwa hingga saat ini pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan. "Kami menunggu hasil visum baru dapat menetapkan tersangka," pungkasnya.
Berikut surat yang ditulis V untuk Presiden Joko Widodo:
Bapak Presiden yang terhormat, nama saya VS umur 16 tahun, pelajar SMKN di Kota Pontianak. Saya tidak tahu apakah bapak akan membaca surat saya ini atau tidak. Bagi saya hanya dengan menulis surat inilah saya berharap mendapat keadilan untuk diri saya dan keluarga saya setelah harga diri, martabat dan kehormatan saya sebagai perempuan dan anak Indonesia dilecehkan, dihancurkan dan di injak-injak oleh seorang Aparatur Sipil Negara yang bekerja sebagai pendidik di sebuah Perguruan Tinggi di Kalimantan Barat.
Â
Sejak umur 8 tahun saya sudah terbiasa hidup dengan perjuangan keras agar terus bisa bersekolah. Jika Allah SWT pun telah memanggil ibu yang telah melahirkan saya, saya juga tidak pernah menyesalinya. Saya yakin Allah telah menentukan jalan hidup saya dengan membentuk saya sebagai pribadi yang mandiri, kuat dan tahan menghadapi segala cobaan. Semua pekerjaanpun telah saya lakoni sejak kecil. Mulai dari membantu bapak bertananam sayuran, menjadi tukang kue keliling bahkan untuk bisa sekolah masuk SMP hingga ke SMK, saya juga bekerja sampingan sebagai tukang setrika baju.
Â
Walau hidup dalam kekurangan, saya juga terus merawat dan mencari nafkah untuk ayah saya yang sejak lima tahun belakangan terbaring sakit. Sadar bahwa hidup berdua dengan ayah saya sudah sangat berat, saya harus bekerja apa saja sepulang sekolah untuk mengumpulkan rupiah agar kami bisa makan. Yang penting uang yang saya kumpulkan itu dari jerih payah dan keringat yang halal untuk kami makan.
Â
Bapak Presiden yang terhormat, saya tahu betapa banyak Bapak Presiden telah memberikan jaminan sosial untuk orang dan keluarga seperti saya. Kendati selama ini kami tidak pernah mendapatkannya, saya juga tidak pernah menuntut, bahkan tidak pernah mengharapkannya, karena saya dan Bapak saya yakin rezeki yang kami dapat setiap hari adalah bagian dari ketentuan Allah yang harus kami syukuri.
Â
Saya tidak pernah menyesali keadaan hidup kami, dan saya juga tidak pernah meminta agar Allah Tuhan Yang Maha Kuasa menghidupkan kembali ibu agar saya bisa mendapatkan pelukan hangat yang menenteramkan jiwa dan agar saya bisa berbaring di pangkuan ibu menangis mengadukan apa yang telah saya alami. Satu-satunya hal yang paling saya sesali adalah kenapa harus magang di tempat pelaku dan kenal dengan pelaku bejat yang tidak bermoral tersebut.
Â
Hari ini, saya hanya memohon dengan segenap pengharapan pada Bapak Presiden, tolong beri saya keadilan dan perlindungan. Kehormatan saya sebagai anak dan perempuan telah dihancurkannya. Dan ketika saya melaporkannya ke Polresta Pontianak, saya justru yang di-bully keluarga pelaku dan Penasehat Hukumnya. Diintimidasi hingga ke sekolah.
Â
Bapak Presiden, apakah saya salah ketika saya memilih melaporkan pelaku ke pihak berwajib dan menolak menerima sejumlah uang yang ditawarkan pelaku agar bisa membawa ayah saya berobat? Dan, apakah seorang dosen yang punya kekayaan dan kekuasaan bisa kebal dari hukum hingga laporan saya ke polisi tidak pantas untuk ditanggapi? Apakah karena saya seorang anak kecil yang berjuang sendiri untuk bisa hidup dan sekolah demi kehidupan dan masa depan yang lebih baik? Atau, salahkah saya menuntut kedilan untuk diri saya? Atau bahkan saya telah salah karena telah lancang menulis surat ini kepada Bapak Presiden?
Â
Sebagai bagian dari anak Indonesia, saya tidak menuntut hak dari Negara. Saya hanya memohon keadilan dari kasus yang menimpa saya, masa depan saya yang tercabik-cabik, dan kejelasan status hukum saya.
Â
Saya memohon maaf jika saya banyak bertanya, tapi setidaknya luka di hati saya tidak semakin membengkak. Saya tidak ingin mati lagi, bunuh diri atau apapun. Saya ingin tamat sekolah dan terus bekerja agar bisa mendapatkan uang yang banyak dimana kelak saya bisa membawa ayah saya berobat ke rumah sakit. Terima kasih Bapak Presiden.
Â
Pontianak, 12 Juni 2016.
Â
Follow Berita Okezone di Google News
(ris)