BAGI kita yang acap beraktivitas melewati kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, senantiasa kita melihat pemandangan sebuah patung ikonik di antara jalan-jalan yang sibuk dari arah Pasar Minggu, Cawang, Tebet, serta Kuningan. Patung mana lagi kalau bukan Patung Pancoran?
Ya, selama ini kita mengenalnya dengan sebutan itu – Patung Pancoran. Padahal kalau mau menilik sejarahnya dari berbagai sumber, patung itu namanya Patung Dirgantara.
Di sisi lain patung perunggu setinggi 11 meter dengan ditopang voetstuk atau kaki patung menjulang 27 meter, serta berbobot 11 ton itu, disebutkan memendam berbagai mitos.
Yang paling disukai berbagai kalangan, adalah mitos di mana tangan kanan patung tersebut mengarah pada tempat di mana Presiden Ir Soekarno menyembunyikan harta kekayaannya.
Ada lagi mitos di mana tangan patung itu mengarah ke Pelabuhan Sunda Kelapa yang jadi jantung peradaban Indonesia kala dijajah Belanda.
Anda boleh percaya, boleh kagak. Tapi setelah ditelusuri lebih jauh, diketahui dari laman jakarta.go.id, tangan patung ini mengarah ke utara, tepatnya Bandara Internasional Kemayoran
Patung ini dibuat atas permintaan Presiden Soekarno, untuk menunjukkan keperkasaan bangsa Indonesia dalam aspek kedirgantaraan.
Penentuan lokasinya dipilih di Pancoran karena terbilang strategis, yakni di depan Mabes TNI AU (kini Wisma Aldiron Dirgantara) dan dekat dengan Lanud Halim Perdanakusuma.
Patung yang dirancang seniman patung Edhi Sunarso ini sempat terlambat perampungannya akibat peristiwa Gerakan 30 September (G30S) PKI pada 1965.
Akhirnya patung ini baru ‘kelar’ pada 1966 yang total biayanya memakan dana Rp12 juta dari kantong pribadi Presiden Soekarno yang berasal dari penjualan mobilnya.
(Randy Wirayudha)