BANJUL – Pergantian kepemimpinan di Gambia ternyata berdampak pula pada status dan bentuk negara Afrika Barat itu. Setelah resmi menjabat, presiden baru Gambia, Adama Barrow menghapus kata “Islam” dari nama resmi negara itu dan mengembalikan status Gambia sebagai negara sekuler.
Gambia semula memang negara sekuler. Tapi, pada tahun 2015 diktator Presiden Yahya Jammeh mengubah negara itu menjadi negara Islam dengan nama “Republik Islam Gambia”. Jammeh yang kalah pemilu Desember 2016 setelah berkuasa 22 tahun telah melarikan diri ke pengasingan setelah sebelumnya menolak lengser.
Dalam konferensi pers pertamanya sejak mengambil alih kepemimpinan Gambia, Barrow mengatakan bahwa dia akan segera merombak lembaga pemerintah untuk membuat pemerintahan lebih efektif.
”Aturan hukum akan jadi dalam urutan hari,” kata Barrow, pemimpin baru negara yang 90 persen warganya beragama Islam. Dalam konferensi pers tersebut, dia menyatakan Gambia tidak lagi menjadi “Republik Islam”.
Presiden berumur 51 tahun yang sebelumnya menjadi pengusaha ini menyerukan semua warganya untuk bersatu. Dia berjanji untuk mengembangkan negaranya dengan menerapkan serangkaian reformasi demokratis.
”Untuk semua orang, dan rekonsiliasi total, jika orang berdamai, itu akan menyatukan semua orang, dan kami ingin pemerintah saya melihat semua bidang dan akan ada perombakan total dari sistem,”ujar Barrow.
Barrow melanjutkan bahwa dia tidak akan ragu-ragu untuk mencari bantuan negara-negara lain jika diperlukan. “Di militer, jika kita membutuhkan bantuan teknis, kami akan menghubungi negara-negara yang bersedia membantu kami,” ujarnya, seperti dikutip IB Times, semalam (29/1/2017).
Follow Berita Okezone di Google News
(dka)