PENGALAMAN pertama selalu diwarnai berbagai keseruan tersendiri. Begitu juga saat harus menjalani Ramadan di negeri orang.Â
Salah seorang warga negara Indonesia (WNI) di Inggris, Lusi Catur Mahgriefie, merasakan betul keseruan kali pertama berpuasa jauh dari Tanah Air. Menetap di Birmingham untuk menemani suaminya yang melanjutkan studi, Chichi, demikian ia biasa disapa, bercerita, tantangan utama pada Ramadan kali ini adalah lamanya waktu berpuasa.
"Jika lihat jadwal Ramadan, kami berpuasa 18-19 jam sehari. Jadi, lebih lama nahan lapar dan hausnya. Hahaha...," tutur Chichi, saat dihubungi Okezone belum lama ini.

WNI di Inggris, Lusi Catur Mahgriefie (blus hijau dan jilbab krem), berbaur dengan Muslim dari berbagai negara dalam acara buka puasa bersama Komunitas Indonesia dengan komunitas Muslim di University of Birmingham, Inggris. (Foto: dok. Kinanti S)
Beratnya berpuasa nyaris 20 jam itu, kata Chichi, juga dirasakan teman-temannya sesama perantauan dari Indonesia. "Tetapi kami anggap ini sebagai pengalaman seru dalam beribadah," tambahnya.
Follow Berita Okezone di Google News
Ibu dua anak tersebut menambahkan, hal utama yang harus segera diatasi ia sekeluarga adalah perbedaan waktu. Chichi memaparkan, jika biasanya mereka tidur pukul 21.00, maka selama Ramadan jam tidur bergeser menjadi pukul 00.00 usai salat isya dan tarawih.
Tidur hanya 2 jam, Chichi harus segera bangun untuk menyiapkan makan sahur mengingat pkl 03.00 sudah masuk waktu salat subuh. Begitu juga jam makan malam. Chichi menyebut, sebelum puasa mereka biasa makan malam pukul 18.00. Namun selama Ramadan, baru pukul 21.00-lah mereka bisa berbuka puasa.
"Nah jadi harus penyesuaian jam psikologis lagi. Tapi nanti masuk musim dingin ya berubah lagi rutinitas kami. Jadi mau tidak mau harus adaptasi lagi karena jam psikologis juga berubah lagi," ujar wanita berhijab itu.

Acara buka puasa bersama Komunitas Indonesia dengan komunitas Muslim di University of Birmingham, Inggris. (Foto: dok. Kinanti S)
Selama Ramadan, Chichi dan keluarganya kerap berkumpul dengan Muslim dari berbagai negara untuk berbuka bersama. Tempat yang biasa menjadi tujuan buka puasa bersama adalah kampus sang suami, University of Birmingham.
"Sementara itu, buka puasa bersama di Masjid Jalalabad yang dekat rumah dikhususkan bagi kaum lelaki, perempuan tidak bisa ikutan. Demikian juga untuk salat, hanya untuk jamaah pria," kata Chichi.
Setiap hari, ujar Chichi, pengelola Masjid Jalalabad tersebut menyediakan makanan khas Bangladesh, India atau Pakistan untuk para jamaah. Demikian juga berbagai panganan yang biasa dijual di kediamannya. Seperti kebanyakan orang Indonesia yang merantau di negeri orang, Chichi juga amat merindukan makanan khas Indonesia saat Ramadan. Chichi dan WNI lain di Birmingham pun memiliki cara sendiri untuk mengobati kerinduan akan kuliner Nusantara. Biasanya, Chichi akan memasak sendiri makanan khas Indonesia.
 
Acara buka puasa bersama Komunitas Indonesia dengan komunitas Muslim di University of Birmingham, Inggris. (Foto: dok. Kinanti S)
Para istri dan mahasiswa Indonesia, imbuh Chichi, juga berbagi tugas memasak jika dapat giliran mengampu acara buka puasa bersama. Salah satunya, dengan Indonesia Society dan saudara muslim Birmingham di Kampus University of Birmingham.
"Kami dua kali dapat giliran dan menyiapkan menu khas Indonesia. Pertama, kami memasak nasi goreng dan kare ayam, lalu kali kedua kami memasak makanan padang seperti rendang, kalio, dan telur balado. Respons mereka alhamdulillah suka masakan Indonesia," tuturnya.
Chichi mengaku tidak akan mudik untuk merayakan Hari Idul Fitri di Tanah Air. Penyebabnya, sekolah kedua anaknya hanya memberi satu hari libur saat hari Lebaran.
"Selain itu heavy on cost. Hahaha..," kelakarnya.
Acara buka puasa bersama Komunitas Indonesia dengan komunitas Muslim di University of Birmingham, Inggris. (Foto: dok. Kinanti S)
Rencananya, Chichi berencana berkumpul dengan sesama muslim dari Indonesia saat Idul Fitri. Bahkan sejak awal Ramadan, komunitas muslim Indonesia di Birmingham pun telah merencanakan berbagai acara untuk menyemarakkan suasana Lebaran di sana. Chichi menyebut, selain akan menggelar Salat Id dan halal bi halal, mereka juga akan menyaksikan penampilan anak-anak taman pendidikan Alquran (TPA) serta mengikuti berbagai lomba seru.
"Untuk masak-masak, kami gotong royong. Bahkan dari awal Ramadan kami sudah diskusi menu halal bi halal nanti," pungkasnya.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.