BEIRUT – Perdana Menteri (PM) Lebanon, Said Hariri secara mengejutkan mengundurkan diri dari jabatannya pada Sabtu, 4 November. Pengunduran diri yang dilakukan di tengah kunjungannya ke Arab Saudi itu dikhawatirkan akan semakin menambah ketidakpastian bagi Lebanon di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah Timur Tengah.
Dalam pidato yang disiarkan televisi dari Riyadh, Hariri menyampaikan kemarahannya terhadap Iran dan kelompok Hizbullah Lebanon yang menurutnya telah campur tangan dalam urusan negara-negara Arab. Hariri yang menuding Teheran telah menciptakan kekacauan di kawasan mengancam bahwa “tangan-tangan Iran di kawasan Timur Tengah akan diputus”.
"Kejahatan yang disebarkan Iran di kawasan ini akan menjadi bumerang bagi mereka," kata Hariri sebagaimana dikutip dari Associated Press, Sabtu (4/11/2017).
Hariri ditunjuk sebagai perdana menteri pada akhir 2016 dan memimpin kabinet persatuan nasional beranggota 30 orang yang mencakup kelompok Hizbullah militan Syiah. Pemerintahannya dianggap cukup berhasil melindungi negara dari dampak perang saudara di negara tetangga Suriah.
Namun, Lebanon menjadi terbelah tajam antara kamp yang setia kepada Arab Saudi, dipimpin oleh Hariri, seorang Muslim Sunni dan sebuah kamp yang setia kepada Iran yang diwakili oleh Hizbullah.
Pengunduran diri diperkirakan akan meningkatkan ketegangan di Lebanon. Dalam pidatonya, Hariri mengesankan bahwa dia merasa nyawanya terancam dan mengatakan bahwa atmosfer di Lebanon saat ini serupa dengan suasana sebelum ayahnya, almarhum PM Rafik Hariri, dibunuh pada 2005.
(dka)