Sementara itu, suasana tegang mendadak terjadi di Timteng setelah Perdana Menteri (PM) Lebanon, Saad Hariri mengumumkan mengundurkan diri dari jabatannya di Riyadh, Arab Saudi. Hal ini sontak membuat Pemerintah Lebanon menuding jika negara kaya minyak itu telah melakukan tindakan agresi dan menahan Hariri.
Masyarakat Zimbabwe terkejut dengan aksi tentara yang dikerahkan ke segala penjuru Ibu Kota Zimbabwe, Harare dan mengambil alih kantor berita pemerintah pada Rabu 15 November waktu setempat. Tentara juga dilaporkan menyerbu markas pusat kantor siaran Zimbabwe sekaligus corong dari Mugabe, ZBC, dan memerintahkan para stafnya untuk pergi. Saksi mata mengatakan, setidaknya dua staf ZBC dianiaya oleh tentara dalam penyerbuan tersebut. Tidak lama setelah kejadian itu, sebuah ledakan dilaporkan terjadi di pusat Kota Harare.
Kejadian ini menimbulkan spekulasi dan menyebarnya isu kudeta terhadap Presiden Mugabe yang telah menjabat sejak 1980. Zimbabwe berada dalam keadaan siaga sejak Senin, 13 November setelah Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa dipecat karena dianggap tidak loyal demi memuluskan jalan bagi istri Mugabe, Grace Mugabe untuk menjadi pengganti suaminya.
Isu kudeta yang muncul menyebabkan situasi Zimbabwe sempat memanas. Tentunya hal ini membuat negara sahabat yang warganya tinggal di salah satu negara di Afrika itu khawatir. Himbauan pertama dikeluarkan oleh Amerika Serikat (AS). Otoritas Negeri Paman Sam telah meminta warganya untuk berlindung di tempat mereka di tengah situasi politik yang memanas dan kemunculan militer di Ibu Kota Harare.
Kedubes AS menyebut adanya ketidakstabilan politik di Zimbabwe yang terjadi sepanjang malam dan menyatakan akan menutup layanannya pada Rabu. Setidaknya tiga ledakan terdengar di pusat Kota Harare, sementara tentara dan mobil lapis baja terlihat berkeliaran di jalanan.
Selain AS, Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan himbauan yang sama. Pihak KBRI Harare secara resmi mengeluarkan imbauan agar WNI yang berada di Zimbabwe untuk meningkatkan kewaspadaan, mengurangi aktivitas di luar rumah, dan terus berkomunikasi dengan pihak KBRI. Selain itu pihak KBRI juga berjanji akan terus mengabarkan situasi terkini di sana.
3. Militer Zimbabwe Bantah Lakukan Kudeta Terhadap Presiden Mugabe
Militer Zimbabwe membantah isu terjadinya kudeta terhadap pemerintahan Presiden Robert Mugabe di Ibu Kota Harare. Juru Bicara Militer Zimbabwe mengatakan, tindakan yang dilakukan tentara di Harare bukanlah sebuah kudeta melainkan sebuah aksi untuk menyasar para kriminal yang berada di sekeliling presiden.
Pihak militer meyakinkan bahwa saat ini Presiden Robert Mugabe dan keluarganya dalam keadaan aman dan selamat tanpa luka. Zimbabwe berada dalam keadaan siaga sejak Senin, 13 November setelah Jenderal Constantino Chiwenga yang memimpin Pasukan Pertahanan Zimbabwe menyatakan bahwa dia siap untuk turun tangan untuk menghentikan pembersihan yang dilakukan pemerintah terhadap para pendukung Wakil Presiden (Wapres) Emmerson Mnangagwa yang dipecat pekan lalu.
BACA JUGA: Bantah Lakukan Kudeta, Militer Zimbabwe Klaim Mugabe dalam Keadaan Aman dan Tak Terluka
Hanya berselang sekira 24 jam setelah pernyataan tersebut, tentara Zimbabwe terlihat di Ibu Kota Harare dengan menggunakan mobil lapis baja sebelum kemudian menyerbu dan mengambil alih stasiun penyiaran negara. Keadaan ini menimbulkan spekulasi terjadinya kudeta dan merupakan perselisihan terbuka pertama antara Presiden Mugabe dengan militer Zimbabwe.
Wapres Mnangagwa dipecat setelah dituduh tidak loyal dan telah menyusun rencana untuk mengambil alih kekuasaan. Mnangagwa, yang menikmati dukungan militer dan dipandang sebagai presiden potensial pengganti Mugabe, melarikan diri dari Zimbabwe dan mengatakan bahwa dia telah diancam. Lebih dari 100 pejabat senior yang diduga mendukungnya telah terdaftar untuk dijatuhi tindakan disipliner oleh sebuah faksi yang terkait dengan istri Mugabe, Grace.
4. Usai Militer Umumkan Bantahan, Presiden Afsel Sebut Istri Mugabe Kabur ke Namibia
Presiden Afrika Selatan (Afsel), Jacob Zuma mengumumkan bahwa saat ini Presiden Robert Mugabe dalam keadaan baik-baik saja. Namun, Presiden Zuma menyatakan, jika pria berusia 93 tahun itu kini tengah dikurung di rumahnya setelah terjadinya kerusuhan akibat kudeta yang diduga dilakukan militer.
Sementara Mugabe dikurung di rumahnya, istrinya, Grace Mugabe diyakini telah melarikan diri ke Namibia akibat kerusuhan yang terus berlanjut. Sang ibu negara diketahui merupakan salah satu dari dua Wapres Zimbabwe yang akan hadir pada konferensi partai berkuasa Zanu-PF, Desember mendatang. Langkah ini membuat banyak pihak curiga bahwa Wapres Mnangagwa didepak guna memuluskan langkah Grace Mugabe untuk menggantikan suaminya yang telah berusia uzur.
BACA JUGA: Pasca-Muncul Isu Kudeta, Presiden Afsel: Mugabe Dikurung di Rumah dan Istrinya Melarikan diri ke Namibia
Selain memberikan pengumuman tentang kondisi terkini Mugabe, Presiden Zuma menyatakan, jika ia telah mengirimkan utusan yakni Menteri Pertahanan dan Keamanan ke Afsel untuk menemui Mugabe dan juga militer Zimbabwe serta meninjau situasi terkini di sana.
5. Kudeta Terhadap Mugabe Ternyata Didukung Sebagian Warga Zimbabwe
Sebagian masyarakat Zimbabwe ternyata mengaku mendukung jatuhnya era pemerintahan Mugabe. Berdasarkan keterangan seorang warga bernama Keresenzia Moyo yang merupakan seorang ibu rumah tangga mengungkapkan keinginannya tentang era baru di negaranya di mana kesenjangan sosial sudah semakin parah.
"Yang kita inginkan adalah agar anak kita bisa mendapatkan pekerjaan dan menjalani hidup bahagia serta normal. Kami ingin ada makanan di atas meja. Tidak ada lagi satu pihak yang memiliki segalanya dan pihak lainnya sekarat karena kelaparan. Mugabe dulunya orang baik, tapi ia telah kehilangan itu dan kini kami membutuhkan permulaan baru," terang Moyo.
Beralih ke Timur Tengah, Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri telah memicu ketegangan politik di kawasan akibat pengumuman pengunduran dirinya. Berikut kronologi memanasnya wilayah Timteng usai Hariri memutuskan mundur:Â
1. PM Hariri Mengumumkan Mengundurkan Diri Diduga Karena Nyawanya Terancam
Pada Sabtu, 4 November, Perdana Menteri (PM) Lebanon, Saad Hariri mengumumkan pengunduran dirinya ini melalui saluran televisi Riyadh. Dalam pidatonya pengunduran dirinya itu, Hariri juga menyampaikan kemarahannya terhadap Iran dan kelompok Hizbullah Lebanon yang menurutnya telah campur tangan dalam urusan negara-negara Arab. Hariri yang menuding Teheran telah menciptakan kekacauan di kawasan.
BACA JUGA: Diduga Khawatir Akan Nyawanya, PM Lebanon Mengundurkan Diri Secara Mengejutkan
Melalui retorikanya, Hariri mengesankan bahwa dia merasa nyawanya terancam dan mengatakan bahwa atmosfer di Lebanon saat ini serupa dengan suasana sebelum ayahnya, almarhum PM Rafik Hariri dibunuh pada 2005.
2. Hariri Mantap Mundur Menjadi PM Setelah Mendengar Rencana Pembunuhan Terhadapnya dari Intelijen Barat
Saad Hariri dilaporkan telah menerima informasi dari intelijen Barat terkait rencana pembunuhan terhadap dirinya sebelum mengundurkan diri secara mendadak. Jika laporan tersebut benar, maka informasi ini menguatkan dugaan bahwa ancaman akan keselamatannya menjadi salah satu alasan di balik pengunduran diri Hariri.
BACA JUGA: Terungkap! PM Lebanon Dapat Informasi Rencana Pembunuhannya Sebelum Mengundurkan Diri
Surat kabar Arab Saudi, Al-Sharq al-Awsat mengklaim bahwa agen intelijen Barat telah memberi peringatan kepada PM Hariri mengenai rencana pembunuhannya. Surat kabar itu juga melaporkan bahwa Hariri belum akan kembali ke Lebanon untuk meminimalisasi ancaman atas nyawanya.
3. Iran Tuding Pengunduran Diri Hariri Bertujuan untuk Ciptakan Ketegangan di Kawasan
Pengunduran diri PM Hariri ditanggapi keras oleh negara tetangganya, Iran. Pemerintah Iran menyebut, langkah ini akan menimbulkan ketegangan di Lebanon dan kawasan.
BACA JUGA: PM Lebanon Mengundurkan Diri, Iran: Ini Skenario untuk Ciptakan Ketegangan di Kawasan
"Pengunduran diri Hariri yang tiba-tiba itu serta pernyataannya di negara lain tidak hanya mengagetkan dan patut disayangkan tapi juga merupakan sebuah tanda bahwa ia sedang melakukan permainan yang dirancang oleh pihak yang menginginkan situasi kawasan menjadi buruk, dan pemenang permainan ini bukan negara-negara Arab atau Muslim tapi Zionis," kata juru bicara menteri luar negeri Iran Bahram Qassemi dalam pernyataan yang dimuat di laman kementerian.
4. Muncul Spekulasi Bahwa Mundurnya Hariri Dipengaruhi Campur Tangan Asing
Cara Hariri yang mengumumkan pengunduran dirinya saat berada di negara lain mengejutkan banyak pihak dan memunculkan dugaan adanya campur tangan asing dalam keputusan tersebut. Arab Saudi dituding sebagai dalang yang telah mempengaruhi Hariri untuk mengambil keputusan tersebut.
Pengunduran diri Hariri membawa Lebanon kembali ke garis depan persaingan regional Arab Saudi-Iran dan mempertaruhkan sebuah krisis politik terbuka. Pengunduran diri lewat pidato yang disiarkan di televisi al-Arabiya telah mendapat kritik dan menimbulkan kontroversi di Beirut. Banyak pihak mempertanyakan apakah pengunduran diri Hariri bersifat sukarela atau terdapat paksaan dari pihak tertentu.
BACA JUGA: Diisukan Dipengaruhi Arab Saudi, PM Lebanon Bertemu Raja Salman di Riyadh
Hariri sendiri mengklaim keputusannya sebagian didorong oleh semakin kuatnya pengaruh Iran di Lebanon. Dalam pidato pengunduran dirinya, Hariri juga mengatakan bahwa dia khawatir nasibnya akan berakhir seperti ayahnya yang tewas dibunuh di Beirut.
Akan tetapi, pihak Lebanon sendiri meyakini jika Hariri telah ditahan oleh Riyadh. Pengunduran diri PM Hariri yang begitu mendadak dan janggal telah membuat spekulasi di Lebanon bahwa politisi Sunni Muslim, yang sekutu Riyadh, dipaksa untuk mengundurkan diri oleh Saudi semakin kuat.
Untuk memadamkan spekulasi tersebut, Hariri akhirnya buka suara dan kemudian melakukan wawancara dengan Future TV, sebuah stasiun televisi yang berafiliasi dengan partai politiknya. Namun, penampilan Hariri yang tak nyaman, tak meyakinkan, dan tidak tenang justru memperkuat dugaan terkait pengunduran dirinya dan menimbulkan pertanyaan baru.
BACA JUGA: Penuh Momen Mencurigakan, Wawancara PM Lebanon Kuatkan Spekulasi Keterlibatan Saudi
5. Dituding Sebagai Dalang Mundurnya Hariri, Arab Saudi Sebut Lebanon Telah Memancing Perang
Arab Saudi menuduh Lebanon telah mengumumkan perang terhadap Negara Petrodolar itu setelah PM Hariri mengumumkan mengundurkan diri. Arab Saudi menuding pernyataan perang itu dipicu agresi yang dilakukan oleh kelompok Hizbullah yang didukung Iran.
Menteri Urusan Teluk Arab Saudi, Thamer al-Sabhan mengatakan, “Pemerintah Lebanon akan ditangani karena telah mengumumkan perang kepada Arab Saudi” karena apa yang dia sebut sebagai agresi Hizbullah. Dia juga menyalahkan Hariri dan pemerintahannya yang dinilai gagal menangani masalah terkait Hizbullah selama menjabat sebagai perdana menteri.
BACA JUGA: Nah Lho! Tuding Lebanon Telah Umumkan Perang, Arab Saudi Nyatakan Akan Ambil Tindakan
Namun, para pemimpin Lebanon telah meminta semua pihak dan partai yang berseteru di Parlemen untuk tetap tenang dan dapat mencapai konsensus dan memilih tindak memberikan tanggapan tentang tudingan negara kaya minyak itu.
6. Presiden Lebanon Tolak Pengajuan Pengunduran Diri Hariri
Presiden Lebanon Michel Aoun tidak akan memutuskan apakah akan menerima atau menolak pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Saad al Hariri sampai ia kembali ke Lebanon untuk menjelaskan alasannya. Hal tersebut disampaikan oleh sumber di istana kepresidenan. Sebelumnya, Hariri diketahui meninggalkan Lebanon untuk menuju Arab Saudi pada Jumat 3 November.
BACA JUGA: Presiden Lebanon Masih Belum =Tolak Pengunduran Diri sang PM
Akibat keputusan untuk menolak atau menunda pengunduran diri Hariri sempat tidak jelas, Presiden Aoun diperkirakan akan menunda konsultasi politik dengan perdana menteri baru. Beirut juga berencana untuk bekerja sama dengan negara-negara asing untuk menjamin kepulangannya.
Namun, tak lama kemudian, Presiden Aoun secara tegas mengatakan menolak pengunduran diri Hariri. Terhadap utusan Arab Saudi, Aoun juga menyatakan, bahwa rekannya, Saad al Hariri, harus segera kembali ke Lebanon dan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri yang dilakukan di Arab Saudi tidak dapat diterima
BACA JUGA: Presiden Lebanon Tolak Pengunduran Diri PM Hariri dan Mendesaknya Kembali ke Tanah Air
7. PM Hariri Akhirnya Putuskan untuk Segera Kembali ke Lebanon
Setelah seminggu lebih tak ada kabar, Hariri akhirnya mengatakan bahwa dia akan kembali ke Lebanon dalam beberapa hari ini. Ia mengatakan bahwa pengunduran dirinya tersebut tak lebih untuk kepentingan Lebanon. Hal ini ia sampaikan dalam wawancara dengan Future TV.
BACA JUGA: Seminggu Tanpa Kabar, PM Hariri Umumkan Akan Kembali ke Lebanon Beberapa Hari Lagi
Hariri juga mengklaim bahwa Lebanon akan menghadapi sanksi dari Arab Saudi. Namun ia tidak menjelaskan mengapa Lebanon mendapatkan sanksi, ataupun jenis sanksi apa yang akan dihadapi Lebanon. Dalam wawancaranya tersebut, Hariri juga mengatakan bahwa Tanah Airnya tersebut harus tetap netral dalam konflik regional.
Hariri sendiri mengaku akan segera ke Lebanon dalam 1 hari mendatang, atau 11 hari setelah ia secara mengejutkan menyatakan mundur sebagai PM Lebanon melalui siaran dari Riyadh, Arab Saudi. Hariri diperkirakan akan mengontak Presiden Aoun untuk melakukan dialog politik menyangkut masalah-masalah kunci Lebanon.
BACA JUGA: Pengunduran Dirinya Picu Polemik, Hariri Pulang ke Lebanon 2 Hari Lagi
Menurut sejumlah politisi senior, dialog itu kemungkinan terutama akan menegaskan kebijakan Lebanon untuk tidak terlibat dalam konflik kawasan serta peranan Hisbullah dalam konflik-konflik di perbatasan Lebanon.