SANAA – Kelompok milisi Houthi di Yaman telah menahan puluhan wartawan selama berhari-hari di sebuah stasiun televisi di Sanaa. Sebuah badan pengawas media menuntut pembebasan mereka sesegera mungkin.
Menurut Reporters Without Borders (RSF), pemberontak tersebut awalnya meluncurkan granat roket di markas saluran televisi Yaman, Al Youm, berafiliasi dengan Kongres Rakyat Umum, partai Saleh, yang berada di Sanaa pada Sabtu 2 Desember. Setelah meluncurkan granat, kelompok Houthi menyerbu stasiun tersebut dan menahan 41 jurnalis di dalamnya. Tiga petugas keamanan terluka dalam serangan tersebut, kelompok tersebut mengutip sumber diplomatik.
"Kami mengecam tindakan kekerasan terhadap wartawan oleh Houthi, yang merupakan pelanggaran serius terhadap Konvensi Jenewa," kata Alexandra El Khazen, kepala RSF untuk Timur Tengah, dilansir dari Al Jazeera, Rabu (6/12/2017).
BACA JUGA: Pasca-Kematian Mantan Presiden Yaman, Arab Saudi Lancarkan Serangan Udara untuk Tekan Houthi
"Penyanderaan ini seperti iklim permusuhan di Yaman terhadap wartawan yang sering menjadi sasaran konflik. Kami meminta pemberontak Houthi untuk segera membebaskan wartawan saluran TV tersebut," tambah El Khazen.
Serangan dan penyanderaan tersebut terjadi di tengah meningkatnya ketegangan setelah pasukan yang setia kepada mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh memutuskan hubungan dengan Houthi, memicu pertempuran senjata dan tembakan artileri di ibu kota.
BACA JUGA: Putra Mantan Presiden Yaman Akan Balas Dendam atas Kematian Ayahnya
Sedikitnya 234 orang telah terbunuh dan lebih dari 400 lainnya cedera dalam pertempuran di Sanaa sejak awal Desember, kata Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Setelah penyerangan tersebut, kelompok Houthi meluncurkan tembakan dan menewaskan mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh.
BACA JUGA: Ali Abdullah Saleh, Presiden Pemersatu Yaman yang Berakhir Tragis
Sumber RSF mengatakan bahwa para jurnalis dipaksa untuk menyerahkan kode akses saluran TV, yang memungkinkan Houthi menyiarkan konten mereka sendiri. Sedikitnya 13 wartawan dan pekerja dari media lain saat ini disandera di Yaman oleh kelompok bersenjata, termasuk Houthi dan al Qaeda.
Konflik berdarah di Yaman, yang dikenal sebagai negara termiskin di Semenanjung Arab, sebagai bencana kemanusiaan terparah di dunia dengan jutaan orang yang menghadapi kelaparan. Sebuah koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi yang memerangi Houthi terus memblokade sebagian besar negara tersebut.
(pai)
(rfa)