Pengambilan Air Tanah Secara Berlebihan Menunjukkan Jakarta Krisis Air
JAKARTA - Setiap tahun Ibukota Jakarta selalu mengalami penurunan muka air tanah sebanyak lima sampai 15 sentimeter setiap tahunnya. Penurunan itu salah satunya disebabkan oleh pengambilan air tanah secara berlebihan tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan.
Kebiasaan mengambil air tanah secara berlebihan baik yang dilakukan oleh masyarakat, maupun gedung, hotel, dan industri lainnya secara tidak sadar merusak lingkungan, parahnya hal ini telah berlangsung selama puluhan tahun yang lalu.
Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna mengatakan, pengambilan air tanah secara berlebihan menunjukkan bahwa Jakarta mengalami krisis air tanah. Menurut Dia semua orang berusaha mengambil air sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan dampaknya.
"Pengambilan air berlebihan itu menunjukkan kita itu sedang krisis air tanah, krisis air jadi semua orang mencari jalan pintas mudah untuk mengambil air, tidak pernah berfikir tentang resiko," kata Yayat kepada Okezone, Senin, (19/03/2018).
Yayat menjelaskan, penurunan permukaan tanah menjadi ancaman besar bagi Jakarta sehingga menyebabkan munculnya genangan dimana-mana dan berdampak banjir. Selain itu kata Dia, banjir rob juga mengancam ibukota. "Permukaan tanah makin turun, kota terancam banjir rob, banjir oleh genangan," ungkapnya.
Menurutnya kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan, karena dengan begitu hanya akan membuat Jakarta semakin tenggelam, dalam artian dibawah permukaan laut.
"Artinya pembiaran pengambilan air tanah secara berlebihan hanya membuat Jakarta menunggu waktu untuk tenggelam bahasanya dalam konteks semakin rendah dari permukaan laut," tukasnya.
(Mufrod)
