UNS - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali berkolaborasi dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia (RI) dalam helatan Seminar Nasional (Semnas) Apresiasi Pancasila 2019, Senin 19 Agustus 2019. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari agenda Pemberian Apresiasi Prestasi Pancasila oleh BPIP.
Uniknya agenda ini dilakukan serentak di dua belas titik, yaitu di seluruh fakultas di UNS dan di Auditorium GPH Haryo Mataram. Hal ini tentu menunjukkan komitmen UNS sebagai Kampus Benteng Pancasila yang terus mengupayakan pengimplementasian nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sivitas akademika UNS.
Baca juga: Wamen ESDM Kuliah Umum Ketahanan Energi RI di UNS
“Akar-akar Pancasila sudah ada di Solo sejak zaman dahulu. Dan UNS sebagai pelopor benteng Pancasila bukan hanya sebagai sumber pengamalan Pancasila tetapi juga sebagai benteng peradaban untuk melanjutkan nilai-nilai intelektual Pancasila. Ada tiga kebijakan UNS sebagai Benteng Pancasila, yaitu kebijakan di bidang akademik, bidang tata kelola, dan bidang sosial,” ujar Rektor UNS, Prof Jamal Wiwoho.
Kebijakan-kebijakan tersebut, imbuh Prof Jamal, antara lain berupa pendirian Pusat Studi Pengamalan Pancasila (PSPP), suksesi kepemimpinan yaitu pemilihan rektor dengan musyawarah mufakat, penguatan nasionalisme sivitas akademika UNS salah satunya adanya 300 dosen yang sudah mengikuti Diklat Lemhanas, membangun kehidupan multikultural di kampus dengan adanya mahasiswa dari 29 negara dan lain-lain.
Baca juga: Menhan Tekankan Mahasiswa Tak Terpengaruh Hasutan Mengubah Pancasila
Mengambil tema “Pancasila sebagai Platform Pembangunan Manusia dan Kebudayaan”, seminar ini menghadirkan pembicara dengan berbagai latar belakang, baik pengamat politik, pemangku kebijakan, budayawan, akademisi, dan tokoh masyarakat lokal.
Salah satunya adalah AWS Sudhamek, Dewan Pengarah BPIP. Dalam materinya, ia memaparkan gaya kepemimpinan berdasar Pancasila yang harus dimiliki oleh masyarakat Indonesia khususnya generasi muda untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur.
Baca juga: Menhan Beri Kuliah Umum di Hadapan Mahasiswa Baru UNS
“Gaya kepemimpinan yang paling baik adalah gaya kepemimpinan zona biru. Yaitu gaya kepemimpinan yang konstruktif, memiliki sifat pembelajar, fokus kepada tujuan, peduli terhadap hasil kinerja anggota tetapi tidak lupa memperhatikan sisi humanis dan bersedia untuk turut membangun para anggotanya. Gaya kepemimpinan ini dapat kita gali dan temukan dalam Pancasila, yaitu jiwa yang bijaksana dan kompeten. Maka salah satu hal yang sedang dirancang oleh BPIP saat ini adalah pembentukan ‘Sujana’ atau insan Pancasila. Insan yang berkarakter gotong royong sebagaimana inti dari sila-sila di Pancasila,” jelas AWS Sudhamek.