RIYADH – Miliaran dolar yang dihabiskan Arab Saudi untuk memperoleh sistem pertahanan modern yang didesain guna menangkal serangan dari ketinggian tinggi terbukti tidak berdaya menghadapi drone dan rudal jelajah, seperti yang terjadi dalam serangan terhadap dua fasilitas minyaknya.
Serangan pada Sabtu yang mengurangi separuh produksi minyak telah mengungkapkan betapa tidak siapnya Arab Saudi untuk mempertahankan diri. Serangan itu terjadi meskipun telah ada serangan berulang-ulang terhadap aset vital kerajaan selama empat setengah tahun keterlibatannya dalam perang di Yaman.
BACA JUGA: Houthi Serang Fasilitas Minyak Saudi, Lumpuhkan Sebagian Pasokan Dunia
Pada Selasa, seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa Washington yakin serangan itu berasal dari sebelah barat daya Iran. Sementara tiga pejabat AS mengatakan serangan itu melibatkan rudal jelajah dan drone.
Iran telah membantah tuduhan AS yang menyatakan Teheran berada di balik serangan itu. Iran mengatakan bahwa kelompok Houthi yang berperang melawan Arab Saudi di Yaman-lah yang bertanggungjawab, sementara kelompok Houthi telah mengklaim melancarkan serangan terhadap fasilitas minyak Saudi.
Foto: Reuters
Kelompok think tank CSIS mengatakan bahwa Iran, yang merupakan rival kawasan Arab Saudi memiliki kapabilitas rudal balistik dan jelajah yang dapat membuat pertahanan Arab Saudi kewalahan. Namun, ternyata serangan dalam skala yang lebih kecil dan terbatas pun tidak mampu ditangkal oleh sistem pertahanan Arab Saudi.
“Kami terbuka (dari serangan). Setiap fasilitas nyata tidak memiliki jangkauan nyata,” kata sumber keamanan Saudi sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (18/9/2019).
Serangan 14 September terhadap dua pabrik milik raksasa minyak negara Saudi, Aramco adalah yang terburuk di fasilitas minyak regional sejak Saddam Hussein membakar sumur minyak Kuwait selama krisis Teluk 1990-91.
Perusahaan itu pada Selasa mengatakan bahwa produksi akan kembali normal lebih cepat daripada yang dikhawatirkan pada awalnya, tetapi serangan itu telah mempengaruhi pasar minyak dunia.
"Serangan itu seperti 11 September untuk Arab Saudi, (serangan) itu adalah pengubah permainan," kata seorang analis keamanan Saudi yang menolak disebutkan namanya.
BACA JUGA: "Locked and Loaded", Trump Nyatakan AS Siap Respons Serangan Fasilitas Minyak Saudi
“Di mana sistem pertahanan udara dan persenjataan AS yang kami habiskan miliaran dolar untuk melindungi kerajaan dan fasilitas minyaknya? Jika mereka melakukan ini dengan presisi seperti itu, mereka juga dapat mengenai pabrik desalinasi dan lebih banyak target.”
Arab Saudi telah lama menggunakan sistem pertahanan udara Patriot buatan AS untuk mempertahankan kota-kota besar dan instalasinya.
Sistem itu telah berhasil mencegat rudal balistik ketinggian tinggi yang ditembakkan oleh Houthi ke kota-kota Saudi, termasuk Ibu Kota Riyadh, sejak koalisi yang dipimpin Saudi melakukan intervensi di Yaman terhadap kelompok itu pada Maret 2015.