PALEMBANG - Kasus pencurian dengan kekerasan atau begal beberapa tahun belakangan kian marak di Palembang, Sumatera Selatan. Banyak modus yang digunakan para pelaku begal saat melakukan perampasan kendaraan dan barang berharga korbannya.
Ada begal, tentu ada juga ada sang pemburu begal, bukan dari masyarakat biasa, pemburu ini berasal dari pihak kepolisian. Contohnya seperti Aiptu Heri Kusuma Jaya atau yang lebih akrab disapa Katim Heri Gondong.
Kenapa disebut Katim? Karena dia merupakan Kepala Tim dari Unit 1 Subdit III Jatanras Polda Sumatera Selatan. Unit 1 ini menangani kasus Premanisme, Curanmor, Pencurian Berat (Curat) dan lainnya.
Katim Heri Gondrong bercerita kepada Okezone yang namanya berhadapan dengan 'begal' merupakan hal biasanya di Jatanras.

Di Palembang, daerah rawan terjadi pembegalan yakni daerah Musi 2, Jalan Noerdin Pandji, Jalan Alang-alang Lebar serta Jembatan Musi IV Palembang, dan Sukarame Palembang. Kadang para pelaku ini tak segan melakukan aksinya di siang hari dan melukai korban.
Kasus yang paling sadis dan memakan waktu paling lama diungkap oleh Jatanras Polda Sumsel yakni kasus pembegalan terhadap sopir Go-car Tri Widyantoro pada tahun 2018 lalu. Pelaku merampok kemudian membunuh korban dengan sadis.
Mayat Tri Widyantoro ditemukan sudah dalam keadaan tulang-belulang di Parit 6, Desa Muara Sungsang Kabupaten Banyuasin, sedangkan handphone milik korban ditemukan tim Jatanras sudah dijual di salah satu counter HP yang ada di kota Palembang.
Setelah ditelusuri, ternyata yang melakukan pembegalan adalah 4 orang remaja yang berusia 20 tahunan bahkan ada yang berusia 19 tahun. Jatanras Polda Sumsel memburu para pelaku bahkan harus keluar kota. Dua pelaku ini pun tewas karena melawan saat penangkapan.
Sejak 2017 lalu, Heri Gondrong sudah akrab bergerak untuk memburu para pelaku kejahatan ini. Suka duka tentu dia rasakan, ada yang enak dan ada juga yang tidak enak. Rasa bergejolak di hati tim mereka juga kadang mereka rasakan.
Itu terjadi jika mendapati para preman jalanan ini merupakan anak di bawah umur, atau remaja yang masa depannya masih sangat terbuka.
"Kita kadang sedih dan prihatin, tapi sebetulnya mereka masih bisa kita bina, mungkin dia salah langkah, salah jalan. Mungkin salah pergaulan, ya tapi menurut hukum tetap jalan, menurut hukum dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya," ucap Katim Heri Gondrong kepada Okezone.
Menurut Heri Gondrong, jika diambil dari sisi kemanusiaan para pelaku yang masih di bawah umur masih bisa dilakukan pembinaan.
"Jalan mereka masih panjang jadi kalau memang mau berubah ya berubalah setelah kejadian ini tapi jika tidak mau berubah ya itu risiko dia," kata Heri Gondrong.
Menurutnya, watak manusia itu masih bisa diubah jika dari pelakunya sendiri ingin berubah. Dari Unit 1 Jatanras Polda Sumsel biasanya selalu memberikan nasehat kepada para pelaku-pelaku kejahatan ini.

"Manusia itu masih bisa kita ubah, sebelum dia terlanjur, kita nasehati dalam hal ini kita kaji lebih dalam lagi isi hatinya bagaimana dia melakukan kejahatan itu, kalau masih bisa berubah kita ajari jalan yang benar," jelas Heri.
Unit 1 Jatanras Polda Sumsel saat melakukan penangkapan juga kadang mengalami beberapa kendala seperti saat harus menghadapi masyarakat yang tidak tau apa-apa tetapi berusaha membela para pelaku kejahatan ini.
"Kami marah sangat marah pada saat ada warga yang ingin ikut-ikutan karena tidak tau permasalahan sebenarnya, mereka melindungi pelaku agara tidak ditangkap, itu kita marah, tapi kalau warganya kooperatif bagus membantu kepolisian kita tidak akan marah," lanjut Ketua Tim Unit 1 Jatanras Polda Sumsel ini kembali.
Sebenarnya, Jatanras Polda Sumsel merangkul semua golongan dari yang kecil maupun yang tua. Menurut Heri tanpa masyarakat Polisi tidak ada artinya.
Diungkap oleh Heri, kejadian begal melukai korban biasanya para pelaku merasa korban melawan saat dibegal. Namun, bisa jadi tindakan sadis yang dilakukan oleh apa pelaku ini dipengaruhi oleh narkoba dan minuman keras.
Yang menjadi incaran para begal biasanya pengendara perempuan, atau remaja. Modus yang dilakukan pelaku juga berkamuflase menjadi suporter sepak bola yakni bekerja secara berkelompok dan bonceng 3.
"Sebetulnya mereka menargetkan benda dalam hal ini motor, biasanya yang diincar adalah perempuan, kedua anak-anak. Jadi pelaku ini juga kadang bonceng 3 orang, bergerombol, berkelompok, itu modus-modus mereka seperti itu dengan alasan suporter, jadi sebelum melakukan itu mereka biasanya minum-minuman keras supaya berani," jelas Heri.
Heri Gondrong berpesan kepada pengendara, jika melakukan aktifitas lakukanlah ditempat yang ramai. Untuk perempuan dihimbau supaya tidak memakai perhiasan yang mencolok dan mengundang orang lain melakukan kejahatan.
"Untuk masyarakat di manapun berada, jika ada kejadian jangan sungkan untuk melaporkan kepada pihak berwajib ke polsek atau ke polisian terdekat. Untuk orang-orang yang berniat jahat coba renungi, cintailah keluarga jauhilah narkoba, rejeki tidak akan kemana, rejeki tidak akan tertukar," tutup Aiptu Heri Kusuma Jaya.
(Khafid Mardiyansyah)