BANDUNG - Perguruan Tinggi sebagai tempat pembelajaran dan menuntut ilmu bagi para generasi muda bangsa sejatinya haruslah terbebas dari berbagai paham yang menyimpang yang bisa merusak masa depan bangsa Indonesia.
Namun pada kenyataannya yang terjadi Perguruan Tinggi yang seharusnya netral malah rentan disusupi oleh paham seperti radikalisme negatif maupun intoleransi yang tidak hanya menyasar dosen tetapi juga terhadap mahasiswa.
Baca juga: Fakta Rektor Baru ITB, Perempuan Pertama Pimpin Kampus Tertua di Indonesia
Oleh karena itu Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Drs. Suhardi Alius, MH, mengingatkan bahwa setiap Perguruan Tinggi rentan terpapar paham radikalisme dan perlu upaya bersama untuk mengatasi hal tersebut.
“Tidak hanya Perguruan Tinggi tertentu yang bisa terpapar, tetapi semuanya bisa, yang membedakan hanya tebal tipisnya saja. Oleh karena itu kita semua harus waspada dan harus bisa mengidentifikasi hal tersebut. Karena itu bisa saja menjangkiti anak kita, saudara kita, atau lingkungan kita,” ujar Suhardi dalam keterangannya, Bandung, Sabtu (25/1/2020).
Lebih lanjut mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhannass RI ini menyampaikan bahwa dirinya hadir pada acara tersebut untuk berbagi informasi, bertukar pikiran dan memberikan pemahaman kepada para Guru Besar ITB terkait radikalisme dan intoleransi yang terjadi selama ini.
Baca juga: Reini Wirahadikusumah Jadi Rektor Perempuan Pertama ITB, Siapa Dia?
Selain Kepala BNPT, terdapat tiga pembicara lain dari berbagai disiplin ilmu yaitu Prof. Dr. I. Bambang Sugiharto dari Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, lalu dari ITB sendiri tampak hadir Prof. Yasraf Amir Piliang dan Prof. Tatacipta Dirgantara.
Di mana para pembicara tersebut memaparkan berbagai macam kajian kaitannya tentang filosofi Pancasila, penafsiran radikalisme serta bentuk-bentuk implementasi atas komitmen ITB yang telah secara tegas menjunjung tinggi empat pilar kebangsaan dalam tiap kebijakannya.
“Saya hari ini diundang oleh FGB-ITB dengan anggota 235 Guru Besar yang ingin mendengarkan pemaparan saya tadi secara utuh soal radikalisme. Dan saya bukan pembicara tunggal di sini tapi juga ada ulasan secara filosofi juga dari para Profesor yang lainnya, ” kata alumni Akpol tahun 1985 ini.
Baca juga: Sah, Reini Wirahadikusumah Jadi Rektor Perempuan ITB
Mantan Kabareskrim Polri ini mengatakan, dengan adanya kegiatan yang dihadiri para Guru Besar ini serta mendapatkan penjelasan secara utuh dari dirinya terkait pola penyebaran paham radikal terorisme tersebut, setidaknya bisa memberikan pemahaman secara utuh dan juga bisa mengidentifikasi permasalahan yang sebenarnya terjadi di tengah tengah masyarakat yang ada saat ini.
“Sehingga kita betul-betul bisa mengidentifikasi apa masalah yang ada di tengah-tengah kita dan riil itu. Kita identifikasi dan kita carikan solusinya bersama dengan melibatkan semua pihak, termasuk FGB ini. Dan kita juga lihat tadi ternyata sangat antusias di dalam karena baru menyadari demikian hebatnya permasalahan ini,” tutur mantan Kapol da Jawa Barat ini.
Baca juga: Hatta Rajasa Dapat Gelar Honoris Causa dari ITB
Untuk itulah Kepala BNPT juga mengharapkan adanya kerjasama dari semua pihak dalam menanggulangi permasalahan radikalisme ini terutama dalam lingkungan perguruan tinggi untuk menjaga para generasi muda penerus bangsa. Karena menurutnya hal ini tidak bisa diselesaikan kecuali dengan keterlibatan semua pihak.
“Dan mudah-mudahan dengan pencerahan ini kita betul-betul bisa mereduksi, kalau bisa menghilangkan itu semua. Karena kita butuh mahasiswa dan dosen-dosen di ITB ini sebagai orang yang mendidik anak-anak kita nantinya untuk menjadi masa depan Indonesia. Karena ITB termasuk salah satu Perguruan Tinggi ternama di Republik ini yang menghasilkan bibit unggul. Dan mudah-mudahan kita bisa jaga itu,” ungkap mantan Wakapoda Metri Jaya ini mengakhiri.