YOGYAKARTA - Muhammad Erwin Althaf (24) atau yang akrab disapa Althaf berhasil lulus dari Fakultas Peternakan UGM dengan predikat cumlaude. Padahal, Althaf merupakan mahasiswa berkebutuhan khusus penyandang tuna rungu.
Sekilas, sosok Althaf tampak normal seperti mahasiswa kebanyakan. Dengan perawakan tinggi, wajah Althaf lumayan tampan dengan kacamata bulat yang hampir selalu melekat.
Perjalanan Althaf ternyata tak mudah, sang ayah Dr Edi Sumarwanto membantu bercerita pengalaman jatuh bangun anaknya selama menempuh pendidikan. Althaf mengalami tuli sejak lahir, karena sang ibu drg Eny Rusdaningsih sempat mengalami permasalahan ketika usia kehamilan muda.
Kedua orangtua sempat berusaha memberikan pengobatan maksimal bagi Althaf, namun sayang takdir Tuhan tak bisa dibendung. Pendengaran Althaf tak bisa difungsikan, hanya sedikit di telinga sebelah kiri pun dalam desibel tinggi saja.
Perjuangan Althaf pun terbilang luar biasa, karena ia bersekolah di sekolah umum. Bahkan ia rela berjauhan dengan orangtua untuk menempuh SMA di Yogyakarta, hidup mandiri ditengah keterbatasan pendengaran.
"Setelah lulus SMA ternyata dia bisa masuk UGM melalui jalur SNMPTN undangan. Kami yakinkan untuk terus mengejar pendidikan sesuai yang dia inginkan. Awalnya saya khawatir dia akan kesulitan, tapi ternyata tidak seperti itu," ungkap Edi Sumarwanto usai wisuda yang digelar di Grha Sabha Pramana UGM, baru-baru ini.
Baca Juga: Rahasia Nurul Raih Gelar Sarjana Kedokteran Berpredikat Cum Laude di Usia 19 Tahun
Di bangku perkuliahan, Althaf sempat kesulitan menyerap materi dari dosen karena ia merupakan difabel tuna rungu yang mengandalkan gerak bibir untuk menangkap pemahaman, bukan dengan bahasa isyarat. Tapi, bantuan rekan-rekan dari UKM Peduli Difabel UGM membuatnya bisa bertahan hingga akhirnya berhasil menyelesaikan ujian pendadaran pada bulan September 2019 lalu.
"Saya sempat kesulitan, pernah dapat nilai satu mata kuliah D padahal teman-teman lain tidak ada yang dapat D. Tapi kemudian berusaha lagi dan bantuan teman-teman ternyata luar biasa pada saya," imbuh Althaf dibantu rekannya dari UKM Peduli Difabel, Bima Indra Permana.