JAKARTA - Menghadapi Covid-19 dibutuhkan daya tahan tubuh yang baik. Salah satunya dengan mengonsumsi makanan yang bergizi dan juga terbukti memiliki khasiat yang baik bagi daya tahan tubuh salah satunya adalah rimpang-rimpangan.
Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan FP Universitas Sebelas Maret (UNS) Dr. Dimas Rahadian Aji Muhammad S.T.P., M.Sc menegaskan virus Corona ini sebenarnya hampir tidak ada hubungannya dengan pola makan masyarakat Indonesia. European Food Safety Association (EFSA) sendiri dalam rilisnya pada 9 Maret 2020 menjelaskan bahwa belum ada bukti yang menunjukkan bahwa makanan merupakan bagian dari rute penularan virus corona (tentu saja ketika kita mengkonsumsi makanan tersebut dengan cara yang benar dan dalam keadaan bersih sesuai standar).
Namun, meskipun makanan bukan agen penyebaran virus corona dan bukan penyebab timbulnya penyakit tersebut, tetapi pola makan sangat terkait erat dengan daya tahan tubuh manusia ketika terserang virus corona.
"Seseorang dengan pola makan yang baik, tentu saja mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai pola makan yang tidak baik," tegasnya, seperti dikutip dari laman UNS, Senin (30/3/2020).
Baca Juga : Solo KLB Korona, UNS Liburkan Mahasiswa dan Belajar via Online
Hal ini, lanjutnya, dapat berakibat pada tingkat kefatalan serangan virus corona, hingga paling parahnya menyebabkan kematian. Pada seseorang yang dengan pola makan tidak baik, baik kurang gizi maupun yang sudah mempunyai penyakit bawaan seperti diabetes, mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi. Pada seseorang yang mempunyai daya tahan tubuh yang baik, bisa jadi virus corona hanya menempel saja, namun orang tersebut tidak mengalami gejala apapun.
Pola makan sebagian masyarakat Indonesia memang belum baik. Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan Kementerian Kesehatan Tahun 2018 menunjukkan bahwa tidak sedikit warga negara Indonesia yang kekurangan gizi atau malah menderita diabetes. Kelompok ini yang beresiko mengalami gangguan kesehatan yang fatal ketika terserang virus corona.
Konteks “mencegah Covid-19” ini yang sebenarnya masih perlu diperjelas maksudnya. Artinya, lejasnya, rimpang-rimpangan memang mengandung beragam senyawa bioaktif. Senyawa-senyawa di dalam rimpang-rimpangan ini memang secara empiris maupun secara ilmiah telah diakui mempunyai efek yang baik bagi kesehatan, antara lain mampu meningkatkan daya tahan tubuh.
Selain itu, bahkan banyak penelitian yang menunjukkan senyawa-senyawa aktif dalam rimpang-rimpangan ini mempunyai aktifitas spesifik, seperti antioksidan, anti-mikrobia dan anti-virus. Oleh karena itu, tidak heran jika sejak dulu masyarakat Indonesia suka minum jamu dengan dapat meningkatkan daya tahan tubuh atau mengobati penyakit tertentu.
Baca Juga : Robot Pencari Korban Bencana ala Mahasiswa UNS Jadi Sorotan
Berdasarkan hal tersebut, maka “mencegah Covid-19” dalam konteks meningkatkan daya tahan tubuh seseorang sehingga serangan Covid-19 tidak berakibat fatal memang logis. Tetapi tentu saja “mencegah Covid-19” dalam konteks mencegah transmisi penularan Covid-19 dari satu orang ke orang lain perlu penelaahan lebih jauh.
Penyebaran virus pada dasarnya karena virus ini dapat memperbanyak diri dan bahkan bermutasi. Nah senyawa aktif dalam rimpang-rimpangan memang sebagian berpotensi untuk menghambat pembelahan diri virus. Namun tentu saja, penghambatan itu terjadi apabila senyawa aktif dari rimpang-rimpangan ini dihantamkan langsung ke virus. Masalah yang terjadi adalah, ketika kita mengkonsumsi rimpang-rimpangan, ada banyak faktor yang selanjutnya berpengaruh terhadap efektifitas rimpang tersebut untuk menghambat virus.
Berikut ini beberapa faktor yang masih perlu dikaji dan belum ada bukti: