KUPANG - Hari ini umat Katolik sejagat memperingati ritual perjamuan kudus Yesus Kristus sang Juru Selamat dengan para rasul-Nya.
Ritual ini terangkai dengan kisah setelahnya yaitu kematian Yesus dan akhirnya bangkit di saat perayaan Paskah. Rangkaian ritus ini dimulai sejak hari ini yang disebut Kamis Putih (perjamuan), Jumat Agung (wafat) dan Sabtu Haleluya (kebangkitan).
Saban tahun di jelang hari-hari ini yang disebut Tri Hari Suci itu, umat Katolik sejagat sibuk berbaur mempersiapkan diri juga rumah kediaman dan tempat ibadah (gereja).
Membersihkan, menata hingga mendisain secara artistik gereja dan seluruh halamannya sudah pasti dilakukan. Namun hal berbeda terjadi di saat ini. Paskah 2020.
Seluruh gedung gereja sepi tanpa aktivitas. Tanpa persiapan. Tanpa tenda tambahan dan kursi apalagi hiasan di dalam gereja. Memang terasa berbeda suasannya.
Tak berhenti di situ. Jadwal perayaan ekaristi pun ditiadakan. Para petinggi Gereja Katolik dunia bersepakat menaati imbauan badan kesehatan dunia (WHO) yang kemudian diberlakukan di setiap negara hingga ke daerah-daerah.
Acara kebaktian pun diganti melalui daring alias jejaring internet. Semuanya untuk menerapkan social distancing dan physical distancing demi memutus mata penularan Covid-19.
Gereja Katolik wilayah Keusukupan Agung Kupang pun menerapkan protokol kesehatan ini. Tak ada perayaan menghadirkan umat. Umat diminta mengikuti perayaan secara streaming melalui sejumlah aplikasi.
Bahkan Uskup Agung Kupang, Mgr Petrus Turang Pr selalu kepala gereja di wilayah itu meminta umat untuk tetap menyatu dalam perayaan melalui daring di rumah masing-masing. Komuni Kudus yang menjadi sentral dari perayaan ekaristi umat Katolik bahkan tak dibagikan ke umat di rumah. Umat diajak untuk Komuni secara bathin.
"Ya demikian adanya kondisi ini. Sebagai umat gereja dan bagian dari anak bangsa, kita harus turut dan taat dengan segala aturan dan ketentuan yang berlaku di negara dan daerah ini. Bagi saya tak masalah demi kenyamanan kita dari serangan virus itu," kata seorang umat Katolik Jhon Hayin saat berbincang dengan Okezone Kamis (9/4/2020).
Menurut dia, kondisi tak dilangsungkan perayaan (ritual) ekaristi di gereja karena pandemi Corona ini tentu akan dipandang sedikit 'aneh' bagi umat katolik. Hal ini wajar karena selama ini, hal yang terjadi adalah umat dibiasakan dengan sebuah ritual yang baku. Sehingga ketika dihadapkan dengan kondisi seperti ini, umat serasa menghadapi sebuah turbelensi iman.
Paskah menurut dia memang seharusnya di rumah. Berkumpul bersama keluarga dan merayakan ekaristi dengan makan dari piring yang sama. Itulah ekaristi yang sesungguhnya. Ekaristi umat yang berkeadilan.
Karenanya dia mengatakan kondisi melakukan ibadah di rumah di momentum perayaan Paskah seperti ini akan menjadi titik balik bagi umat menguatkan imannya kepada sang Kristus Yesus juru selamat manusia.
Kristoforus Gago, umat lainnya mengatakan meskipun tak biasa melalukan ibadah secara daring, namun hal ini justru akan memberikan pengalaman baru bagi umat Katolik sejagad.
Menurut dia, hubungan keimanan dengan Tuhan yang selama ini selalu dilaksanakan secara berjamaah dalam ritual gerejani tentu akan tetap menjadi momentum bersama. Namun demikian di kondisi saat ini, keimanan itu akhirnya bisa dilatih menjadi hubungan personal yang lebih inti dengan sang khalik.
"Sebagai umat dan bagian dari warga negara kita harus dukung protokol dengan beribadah dari rumah meskipun hari Paskah. Ini juga bentuk dari implementatif iman kita sebagai umat Katolik," kata pimpinan di salah satu perusahaan jasa tersebut.
Umat lainnya Thomas Kelen mengatakan, iman kita kepada Yesus Kristus tak berhenti pada sejumlah aksi formal pada ritual gereja. Oleh karena itu, kondisi hari ini di kala umat Katolik sejagat harus merayakan Paskah tanpa ritual bersama gereja itu pun harus dimaknai sebagai bentuk iman. "Justru dengan cara ini iman kita terus diuji untuk menjadi seorang Katolik yang sejati," katanya.
Dia bahkan meminta seluruh umat Katolik untuk ikuti saran dan protokol kesehatan ini dan tetap beribadah dengan penuh iman dari rumah mendoakan agar pandemik ini segera berlalu. "Berdoalah dengan penuh iman biar masalah corona ini segera berlalu. Selamat pesta Paskah tanpa perayaan," katanya.
(Khafid Mardiyansyah)