JAKARTA – Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Riau, dr Indra Yopi mengakui dalam beberapa hari belakangan di wilayahnya terjadi peningkatan kasus positif virus corona.
“Kondisi Provinsi Riau dalam beberapa hari terakhir dan tiga hari terakhir cenderung meningkat,” kata Indra dalam siaran langsung di akun Youtube BNPB, Selasa (23/6/2020).
Indra mengungkapkan, biasanya di Riau maksimal terdapat 8 kasus corona per hari. Namun, beberapa hari belakangan kasus baru corona sempat mencapai 24 kasus per harinya.
Ia menyebutkan, kebanyakan kasus yang ditemukan di Riau ini adalah imported case.
“Dari imported case, masih kami mendalami satu kasusnya dari Palembang, dua hari dirawat kemudian meninggal. Hasil PCR positif. Kemudian di-tracing dia mentransmisikan (ke-red) 9 orang baru, anaknya, istrinya, saudaranya, tetangganya, teman sekantor istrinya, dan hampir semuanya dengan kami nilai dengan surveilans kuat memang imported case,” tutur Indra.
“Jadi begitu kami bisa mengelola kasus Covid-19 bulan Mei, Juni kemudian pertengahan imported case ini yang kami enggak bisa dikelola. Bukan enggak bisa, tapi agak sulit,” ucapnya.
Menurut Indra kenaikan kasus itu pun membuat risau Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Riau. Pihaknya pun menyiapkan sejumlah langkah untuk menekan penyebaran virus corona.
“Dari kurang lebih 10 hari lalu kapasitas lab biologi molekuler yang memeriksa PCR di Provinsi Riau. Itu kapasitasnya bisa sampai 700 sampel per hari. Nah jumlah paling maksimal juga pernah kami lakukan itu pemeriksaan sampai 580 per hari,” ujarnya.
Setelahnya, lanjut dia, Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Riau tracing dan pemeriksaan swab PCR usai adanya penambahan pasien yang baru terinfeksi Covid-19.
“Harapannya dengan bertambahnya jumlah kasus positif, dengan tracing yang lebih kuat, surveilans yang lebih kuat, kami akan melakukan tes bukan rapid test, tapi memang PCR,” katanya.
Baca Juga : Surabaya Masih Zona Merah Covid-19, Ini Pesan Risma
Lebih lanjut Indra menekankan alasan pihaknya lebih mengutamakan pemeriksaan melalui swab PCR karena menurutnya hasil rapid test tak begitu akurat.
“Jadi strategi kami lakukan lebih intensif pendekatan PCR sehingga kita bisa memastikan dan hasil rapid test angka negatif palsunya lumayan tinggi dan begitu di PCR positif. Ini menyebabkan kami harus melakukan PCR pendekatannya,” tuturnya.
Baca Juga : Uji Klinik Terapi Covid-19 pada Manusia Dapat Restu Menkes Terawan
(Erha Aprili Ramadhoni)