MOGADISHU – Tembakan dan ledakan roket bergemuruh di Ibu Kota Somalia, Mogadishu pada Jumat (19/2/2021) saat pasukan pemerintah Somalia bentrok dengan pendukung oposisi yang marah karena pemilihan umum yang tertunda.
Video yang dikirim ke Reuters oleh demonstrasi anti-pemerintah menunjukkan warga sipil yang mengenakan topeng, ditemani oleh tentara dengan baret merah yang bersahabat, mengibarkan bendera Somalia lari berhamburan sebelum tembakan meletus. Jurnalis Reuters di dekatnya dapat mendengar tembakan berselang serta ledakan yang lebih berat.
BACA JUGA: Gubernur di Somalia Tewas Dalam Serangan Bunuh Diri
“Banyak pasukan menyerang kami dengan gencar, saya sekarang tiarap di sebuah gang. Ini adalah pembantaian,” kata pengunjuk rasa Farah Omar kepada Reuters melalui telepon. Dia mengatakan pasukan khusus yang dilatih Turki, yang dikenal sebagai Gorgor, termasuk di antara mereka yang menyerang para demonstran.
Video lain menunjukkan kobaran api di mana granat berpeluncur roket menghantam deretan toko di seberang pintu masuk bandara.
Berkembangnya persaingan politik menjadi sebuah konflik terbuka akan menguntungkan kelompok militan Al Shabaab yang sering melancarkan serangan di Somalia, dan mengecewakan sekutu Mogadishu.
Limpahan persaingan politik ke dalam konflik terbuka akan mengecewakan sekutu Somalia dan bermain di tangan pemberontakan Al-Shabaab yang terkait dengan al-Qaeda, yang melancarkan serangan terhadap warga sipil di sekitar Afrika Timur dalam upayanya untuk menerapkan hukum Islam yang ketat.
BACA JUGA: Serangan Bom di Somalia Tewaskan Sedikitnya 90 Orang, Al Qaeda Klaim Bertanggungjawab
"Militer dibubarkan dan banyak pasukan tampaknya kembali ke loyalitas klan," kata Kolonel Ahmed Abdullahi Sheikh, yang bertugas selama tiga tahun hingga 2019 sebagai komandan unit Danab elit Somalia yang dilatih Amerika Serikat (AS).
“Ini berantakan. Tidak ada lagi struktur komando apa pun."
“Ketakutan saya adalah bahwa banyak SNA (Tentara Nasional Somalia) akan meninggalkan pangkalan mereka untuk datang dan berpartisipasi dalam pertempuran dan memberikan lebih banyak tempat untuk Al Shabab. Ini benar-benar akan memberdayakan Al Shabab. Keunggulan lebih dari satu dekade mungkin hilang," katanya kepada Reuters.