MANILA - Seorang pria Filipina meninggal dunia sehari setelah diperintahkan oleh polisi untuk melakukan ratusan latihan sebagai hukuman karena melanggar pembatasan virus corona. Kamatian pria itu memunculkan kekhawatiran pihak berwenang telah menyalahgunakan kewenangan dan menyiksa pelanggar aturan pembatasan Covid-19.
Darren Manaog Penaredondo dilaporkan dihentikan oleh personel keamanan setempat di Kota General Trias, di Pulau Luzon, ketika mencoba membeli air setelah jam malam. Wilayah tersebut saat ini dikunci ketat untuk membatasi penyebaran virus corona.
BACA JUGA: Undang-Undang Baru Kamboja, Langgar Aturan Covid-19 Bisa Dipenjara 20 Tahun
Menurut laporan media lokal, mengutip keluarga dan pasangannya, pria itu kemudian dibawa ke lapangan terdekat, di mana bersama dengan pelanggar aturan lainnya dia diperintahkan untuk melakukan 100 latihan squat. Polisi diduga mengumumkan bahwa kelompok tersebut harus melakukan lebih banyak latihan jika mereka gagal melakukannya secara sinkron.
Secara total, Penaredondo diperintahkan untuk melakukan gerakan tersebut sebanyak 300 kali, sebuah tugas yang melelahkan secara fisik yang katanya telah dilakukan dengan susah payah, demikian dilaporkan RT.
Dengan bantuan sesama pelanggar aturan, dia berhasil berjalan pincang kembali ke rumah. Pacarnya awalnya mengira dia telah dipukuli. Dia mengatakan keesokan harinya dia mengeluh sakit parah di lutut dan pahanya. Dia berjuang untuk berjalan dan harus merangkak di lantai untuk bergerak. Beberapa jam kemudian, dia menderita kejang dan pingsan. Seorang tetangga dapat melakukan CPR dan memulihkannya sebentar. Penaredondo dikabarkan meninggal tak lama kemudian.
Wali Kota General Trias telah memerintahkan pihak berwenang untuk melakukan penyelidikan atas kasus tersebut, menggambarkan dugaan hukuman itu sebagai "penyiksaan."
Kapolres setempat telah menegaskan kepada media bahwa pelanggar jam malam hanya boleh menerima ceramah. Dia mengatakan hukuman fisik tidak diperbolehkan dan tidak akan ada toleransi untuk kasus-kasus seperti itu.