KUPANG - Tiga hari sudah, 803 warga Kota Kupang, korban bencana badai siklon seroja menempati sejumlah tempat pengungsian. Sedikitnya ada delapan lokasi pengungsian yang disediakan pemerintah.
Jumlah 803 warga yang mengungsi itu karena rumah milik mereka rata tanah disapu badai. Mereka tak ada pilihan. Terpaksa harus tidur beramai-ramai di ruangan bersama warga lainnya. Sudah tak ada lagi protokol kesehatan ala Covid-19.
"Kami terpaksa datang dan tinggal di tempat ini, karena rumah saya rata tanah," kata seorang ibu pengungsi Magdalena Fransiska Puai.
Baca juga: Risma Ajak Pengusaha Bantu Korban Bencana di NTT dan NTB
Sejak Senin 5 April pasca badai, dia dan anak-anaknya harus berendam hujan sembari menatap rumah tempat kediamannya yang sudah jadi puing, hingga dibawa tim penyelamat ke posko BPBD. Bersama tujuh orang anaknya serta ratusan warga lainnya, mereka ditampung sementara di kantor itu dan setelahnya dipindahkan ke tempat pengungsian.
"Kami dikasih makan, juga layanan obat-obatan, cukup terlayani," tuturnya.
Baca juga: Evakuasi Wilayah Terisolasi Terhambat Gegara Cuaca Buruk di NTT
Namun demikian, kegelisahan masih mengiang di lubuknya, karena rumah tempat mereka tinggal sudah lenyap. Dengan apa mereka akan membangunnya kembali? Sedikit haru sambil menggendong putra bungsunya, Magdalena berkata harap, pemerintah akan membantu membangun kembali kediamannya, juga warga lainnya.
"Di sini (tempat pengungsian) kami nyaman. Disediakan makanan 3 kali sehari. Ada tim medis dan obat-obatan, tapi apakah kami akan terus tinggal di sini," katanya dengan nada tanya.