 
                
JAKARTA - Dalam Nagarakretagaman(digubah oleh l Mpu Prapanca tahun 1365), Hayam Wuruk lahir pada tahun 1256 Saka atau tahun 1334 M bersamaan dengan Gunung Kelud meletus.
Prapanca berpendapat bahwa ini adalah tanda ketuhanan bahwa Batara Gurunata (nama Jawa untuk Siwa Mahadewa) telah menjelma di bumi, bereinkarnasi sebagai Raja Jawa. Saat itu juga, Gajah Mada mengumumkan sumpah Palapa.
Ia bergelar Sri Rajasanegara, ia memimpin Majapahit sejak tahun 1350 hingga 1389 Masehi. Di Pararaton dan Nagarakretagama memuji Hayam Wuruk sebagai siswa yang tampan, cerdas, berbakat, dan luar biasa dalam seni bela diri panahan dan pedang.
Ia juga menguasai politik dan kitab suci, serta seni dan gending. Dia dikenal sebagai penari yang ulung di istana. Beberapa cerita menceritakan pertunjukan Hayam Wuruk dalam upacara adat tari topeng Jawa.
Baca juga: Kisah Pembunuhan Raja Majapahit, Dibunuh Ra Tanca, Didalangi Gajah Mada?
Ibunya, Ratu Tribhuwana, mendidik untuk menjadi raja Majapahit. Hayam Wuruk adalah putra dari Tribhuwana Tunggadewi dan Sri Khertawardhana.
Baca juga: Sabdopalon Ramalkan Pageblug di Pulau Jawa, Pagi Sakit Sore Mati!
Hayam Wuruk merupakan sosok yang pemberani dan tegas. Ia juga memiliki keahlian dalam bidang pemerintahan.
Cribb dan Kahin di Historical Dictionary Of Indonesia (2012) menulis Hayam Wuruk dinobatkan setelah Ratu Tribhuwana Tunggadewi menyerahkan takhta Majapahit kepadanya. Ketika menjadi Raja Majapahit, Hayam Wuruk baru berusia 16 tahun.
Didampingi Gajah Mada, Hayam Wuruk mempersatukan Nusantara dan membangun Majapahit ke puncak kejayaan berdasarkan falsafah kenegaraan: Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa yang bermakna "Meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu dan tidak ada kerancuan dalam kebenaran".
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina.
Hayam Wuruk menikah dengan saudara tirinya, Paduka Sori, putri Dyah Wiyat. Dyah Wiyat adalah putri Raden Wijaya yang lahir dari Gayatri . Ia memiliki kakak kandung perempuan bernama Dyah Gitarja, dan kakak kandung bernama Jayanagara.
Pararaton mengisahkan Jayanagara yang menjadi raja kedua, merasa takut terancam terancam, sehingga Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat dilarang menikah. Setelah Jayanagara meninggal Tahun 1328, para ksatria berdatangan melamar kedua putri tersebut.
Setelah diadakan sayembara, diperoleh dua orang ksatria, yaitu Cakradara sebagai suami Dyah Gitarja, dan Kudamerta, suami Dyah Wiyat.
Kudamerta kemudian bergelar Wijayarajasa atau Bhre Wengker atau Bhatara Parameswara atau Bhre Pamotan. Dari perkawinan itu lahir Indudewi yang memiliki raja bawahan didaerah dengan nama Bhre Lasem.
Paduka Sori adalah anak Kudamerta dengan selir yang menjadi permaisuri Hayam Wuruk, putra Dyah Gitarja Tribhuwana Tunggadewi.
Kemajuan juga terwujud di bidang sastra dengan ditulisnya karya-karya besar seperti Kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca dan Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular.
Tahun 1389, setelah mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaan, Hayam Wuruk meninggal dunia pada usia 55 tahun. Sebelumnya, Mahapatih Gajah Mada telah wafat terlebih dulu pada 1364.
(Fakhrizal Fakhri )