Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ajaib! Jenderal Kopassus Ini Selamat Usai Ditembak Bazoka di Pondok Gede

Aulia Oktavia Rengganis , Jurnalis-Jum'at, 25 Februari 2022 |07:05 WIB
Ajaib! Jenderal Kopassus Ini Selamat Usai Ditembak Bazoka di Pondok Gede
Ilustrasi: Kopassus.mil.id
A
A
A

JAKARTA - Beriringan tiga buah mobil meninggalkan Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma menuju Istana Bogor pada Jumat, 23.30. Mobil pertama membawa Panglima Kepolisian Jenderal Soetjipto Joedodihardjo.

(Baca juga: Kisah Sintong dan Prajurit Kopassus Ambil Alih RRI dari PKI Dalam 30 Menit)

Di belakangnya menyusul mobil biru bernomor B-3739, dinaiki Presiden Soekarno, Wakil Perdana Menteri Dr Leimena, dan Kolonel Bambang Widjanarko. Kendaraan paling akhir membawa Komandan Resimen Cakrabirawa Brigadir. Jenderal Mochamad Sabur dan wakilnya, Kolonel Maulwi Saelan.

 (Baca juga: Kisah Jenderal Kopassus Tidak Percaya Soeharto Masih Hidup, Utusan Dilucuti!)

Waktu itu, tepat setengah jam sebelum ultimatum Soeharto. Bambang menyampaikan agar Soekarno meninggalkan Halim. Pada siangnya, Bambang datang menemui Soeharto di Markas Kostrad. Sejatinya, kedatangan Bambang itu untuk mencari Mayor Jenderal Pranoto Reksosamodro, Asisten III Panglima Angkatan Darat.

Dikutip dari buku Sarwo Edhie dan Misteri 1965, saat rapat di Halim, yang dihadiri beberapa petinggi negara, Soeharto menolak keputusan yang menyatakan bahwa Pranoto diangkat sebagai pejabat Panglima Angkatan Darat.

Pada saat bersamaan, Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo menunggu perintah di Markas Kostrad dengan perasaan gelisah. Sebab, Soeharto belum memutuskan waktu penyerangan. Akhirnya, Sarwo memaksa masuk ruang Panglima. Di dalam sudah ada Menteri Koordinator Pertahanan Jenderal Abdul Haris Nasution.

Soeharto tampak mondar-mandir. Sarwo bertanya untuk memastikan apakah mereka jadi berangkat ke Halim atau tidak, sebab jika iya, mereka harus berangkat sebelum fajar.

“Ini bagaimana, Pak? Kita jadi ke Halim apa Tidak? Kalau jadi, kita harus bergerak sebelum fajar.”

"Mau bikin semacam Mapanget kedua, ya?" ujar Nasution kala itu.

Dia merujuk pada operasi penghancuran Permesta. Pada 1957, Sarwo membebaskan lapangan udara Mapanget di Manado, dengan pendadakan total. "Siap. Begitulah kira kira. Jenderal," jawab Sarwo. Soeharto berhenti mondar mandir: "Ya, laksanakan!"

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement