Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sosok Raja Perempuan di Balik Peresmian Candi Borobudur

Tim Okezone , Jurnalis-Senin, 16 Mei 2022 |06:10 WIB
Sosok Raja Perempuan di Balik Peresmian Candi Borobudur
Candi Borobudur (Dok Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Sebelum menikah dengan Rakai Pikatan, Pramodawardhani dikisahkan pernah menjadi raja di Kerajaan Mataram Kuno. Ia menjadi raja keenam setelah Rakai Garung alias Samaratungga Sri Maharaja Samaratungga atau yang sering ditulis Samaratungga.

Mengutip buku "Perempuan-Perempuan Tangguh Penguasa Tanah Jawa" tulisan Krishna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad, selama memerintah sebagai Raja Medang, Pramodawardhani berjuang mengembangkan agama Buddha, bersikap adil, dan menjaga keamanan di dalam negeri.

Di masa Pramodawardhani inilah bangunan megah bernama Candi Borobudur dibangun Pramodhawardani. Prasasti Kayumwungan menyebut, sang Raja Mataram Kuno ini meresmikan sebuah bangunan jinalaya yang bertingkat-tingkat sangat indah.

Para sejarawan menafsirkan bangunan tersebut sebagai Candi Kamulan Bhumisambhara atau Candi Borobudur. Dari hal itu, terwujudnya bangunan jinalaya yang dibangun sejak pemerintahan Samaratungga tersebut tidak dapat dilepaskan dengan peran Pramodawardhani sebagai Raja Medang.

Fakta tersebut membuktikan Pramodawardhani memiliki perhatian besar terhadap perkembangan agama Buddha. Meskipun terdapat beberapa pendapat, Pramodhawardani menganut agama Hindu siwa sesudah menikah dengan Mpu Manuku atau Rakai Pikatan.

Di masa pemerintahannya ini, Pramodawardhani terkenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Hal ini sebagaimana dituliskan di Prasasti Tri Tepusan yang dikeluarkan pada 11 November 842.

Prasasti tersebut mengemukakan adanya tokoh bergelar Sri Kahulunan (Pramodhawardani) yang membebaskan pajak beberapa desa (swatantra), karena penduduknya turut merawat bangunan suci Kamulan i Bhumisambhara.

Saat memerintah sebagai raja, Pramodhawardani tak terbilang mulus. Pasalnya di pemerintahannya muncul pemberontakan Rakai Walaing Mpu Kombhayoni yang pusat pertahanannya di kompleks Ratu Baka. Suatu bekas bangunan vihara bernama Abhayagirivihara yang berdiri pada era pemerintahan Rakai Panangkaran Dyah Pancapana.

Sesudah mengambil kesepakatan dengan Mpu Manuku suaminya, Pramodhawardani mengutus Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala, putra bungsunya untuk menumpas pemberontakan Mpu Kombhayoni. Hingga akhirnya Dyah Lokapala berhasil menumpas pemberontakan tersebut.

Sebagai imbalannya Pramodawardhani beserta Rakai Pikatan sepakat mengangkatnya Dyah Lokapala sebagai Raja Medang. Sesudah Dyah Lokapala menjadi Raja Pramodawardhani beserta Mpu Manuku mengundurkan diri sebagai raja.

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement