Bali - Indonesia selaku tuan rumah penyelenggaraan Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (GPDRR) 2022 ingin menunjukkan kepemimpinannya pada isu-isu kebencanaan. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia Retno L. P. Marsudi.
Dia menjelaskan, Indonesia merupakan negara pertama di Asia yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan GPDRR sehingga itu menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan pengalaman dan pencapaiannya dalam kesiapsiagaan bencana.
"Arti Indonesia sebagai tuan rumah GPDRR tahun ini, pertama, tentunya ingin menunjukkan kepercayaan dunia atas kepemimpinan Indonesia sebagai champion issue (pemimpin dalam isu) kebencanaan," kata Retno di Badung, Bali dikutip dari Antara, Rabu (25/05/2022).
Retno melanjutkan, Indonesia sebagai penyelenggara GPDRR tahun ini bersama Badan PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR) juga berharap acara tersebut dapat menjadi ajang pertukaran ide, pengalaman, pemikiran, peningkatan kapasitas berbagai lembaga di tingkat dunia sampai nasional dalam kesiapsiagaan bencana.
"Dari waktu ke waktu, kita selalu menghadapi bencana, dan (GPDRR) ini merupakan platform yang paling tepat, karena ini platform multi-stakeholders yang paling tepat untuk melakukan exchange of experiences, best practices, capacity building, dalam penanganan bencana," tutur dia.
Terakhir, Menteri Luar Negeri RI menyampaikan Indonesia sebagai tuan rumah GPDRR tahun ini berharap kegiatan itu menjadi wadah kolaborasi antar-pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, organisasi masyarakat sipil, lembaga nonpemerintah, akademisi, dan pelaku usaha.
"Ini pertemuan UN (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang sangat penting di bidang disaster risk reduction (pengurangan risiko bencana, Red.), yang paling besar, dan ini besar dari segi size (jumlah peserta, karena tadi saya sampaikan sekitar 70 persen dari sekitar 6.000 orang akan datang in person (langsung, red.), dan sekali lagi ini akan mendorong agar negara-negara dunia terus melakukan kerja sama dan kolaborasi penanganan bencana dan mengubah risiko bencana jadi ketahanan terhadap bencana," ujar Retno.