Diketahui, ia berharap untuk mendapatkan paspor dan kesempatan untuk meninggalkan negara yang layu di bawah krisis tersebut.
Berikut ini, Okezone himpun fakta-fakta tentang ekonomi Sri Lanka yang hancur dan kemudian ditinggalkan oleh warga negaranya sendiri.
Lenora yang merupakan pekerja garmen ini memutuskan untuk melamar pekerjaan sebagai pembantu di Kuwait setelah suaminya diberhentikan dari restoran kecil tempat dia bekerja sebagai juru masak.
"Suami saya kehilangan pekerjaannya karena tidak ada gas untuk memasak dan biaya makanan meroket. Sangat sulit untuk mencari pekerjaan dan gajinya sangat rendah," kata Lenora, yang mengatakan bahwa dia menghasilkan sekira 2.500 rupee Sri Lanka (Rp102.000) sehari.
"Dengan dua anak itu tidak mungkin."
Jadilah, dua pekan yang lalu dengan membawa baju ganti dan payung untuk menahan terik matahari, ia naik kereta api dari kota Nuwara Eliya di perbukitan tengah Sri Lanka dan melakukan perjalanan sejauh 170km ke ibu kota komersial Kolombo untuk menyerahkan surat-suratnya untuk paspor pertamanya.
2. Berbagai macam profesi turut antre
Dalam antrean tersebut, diketahui Lenora bergabung dengan buruh, pemilik toko, petani, pegawai negeri, dan ibu rumah tangga.
Beberapa di antaranya bahkan sampai berkemah semalaman demi bisa melarikan diri dari krisi keuangan Sri Lanka.
3. Jumlah paspor yang sudah dikeluarkan
Dalam lima bulan pertama 2022, Sri Lanka telah mengeluarkan 288.645 paspor dibandingkan dengan 91.331 pada periode yang sama tahun lalu.
Pemerintah ingin mendukung lebih banyak orang yang berharap bekerja di luar negeri untuk meningkatkan pengiriman uang, yang telah berkurang setengahnya dalam beberapa bulan terakhir, menurut data bank sentral.
Di dalam Departemen Imigrasi dan Emigrasi, di mana orang-orang berkemas berjam-jam untuk mengambil foto dan sidik jari mereka, seorang pejabat senior mengatakan 160 anggota staf kelelahan berusaha memenuhi permintaan paspor.
Departemen tersebut telah memperketat keamanan, memperluas jam kerja, dan melipatgandakan jumlah paspor yang diterbitkan, tetapi setidaknya 3.000 orang menyerahkan formulir setiap hari, kata H.P. Chandralal, yang mengawasi otorisasi sebagian besar aplikasi.
4. Penyebab ekonomi Sri Lanka hancur
Negara kepulauan berpenduduk 22 juta orang ini kekurangan makanan, gas untuk memasak, bahan bakar, dan obat-obatan setelah salah urus ekonomi dan pandemi Covid-19 menghapus cadangan devisanya.
Depresisasi mata uang, inflasi lebih dari 33% dan kekhawatiran ketidakpastian politik dan ekonomi yang berkepanjangan mendorong banyak orang untuk bermigrasi.
5. Upaya memperbaiki krisis
Dalam upaya untuk memperbaiki krisis, Sri Lanka sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket bailout, setelah menangguhkan pembayaran utang luar negeri sekira 12 miliar Dollar AS pada April.
Pemerintah memperkirakan akan membutuhkan setidaknya 5 miliar Dollar AS untuk memenuhi impor penting selama sisa tahun ini.
Lenora sendiri bertekad untuk melakukan apa yang dia bisa untuk kehidupan yang lebih baik, untuk dia dan anak-anaknya.
"Saya ingin menghabiskan dua tahun di Kuwait kemudian saya yakin saya bisa mendapatkan dan menabung cukup untuk kembali," katanya.
"Saya ingin mendidik anak perempuan saya. Itu yang terpenting." (Bul)