JAKARTA - Orang-orang Eropa di abad pertengahan tergila-gila dengan buah aneh yang hanya bisa dimakan ketika sudah busuk. Lalu suatu ketika, buah itu terlupakan begitu saja.Namun, pada 2011, arkeolog menemukan sesuatu yang tak biasa di sebuah kloset peninggalan zaman Romawi.
Apa yang seharusnya telah membusuk berabad-abad lalu, ditemukan dalam keadaan awet, terlindungi oleh kurangnya oksigen di tengah kelembaban rawa. Demikian dilansir dari BBC, Senin (28/11/2022).
 BACA JUGA:Puluhan Anak-Anak Korban Gempa Cianjur, Ikut Trauma Healing dari Tim MNC Peduli dan Lotte Mart
Dan situlah, tergeletak di antara sisa-sisa makanan yang sudah kita kenal seperti buah prem, ceri, persik, dan kenari di sebuah lubang pembuangan kuno, para arkeolog menemukan 19 biji berukuran besar yang tampak aneh.
Meskipun ke-19 belas biji ini, katakanlah, "disetor" nyaris 2.000 tahun lalu, mereka nyaris tampak masih segar, seperti baru ditemukan kemarin. Tapi, buah yang mereka temukan ini sangat tidak awam, para botanis profesional pun kebingungan.
 BACA JUGA:Mensesneg dan Menpupr Jadi Saksi Pernikahan Kaesang-Erina Gudono, Mahar Rp300 Ribu,
Nama yang sopan dan dapat diterima secara sosial - dan hingga saat ini dipakai - untuk buah ini adalah medlar. Namun sekitar 900 tahun lamanya, buah ini punya julukan vulgar: "pantat terbuka".
Nama ini mengacu pada penampilan "calyx" atau bagian kelopaknya yang besar dan mekar.
Nama-nama lain yang dipakai untuk merujuk buah medlar sendiri sangat tidak menyanjung. Di Prancis, dia dikenal sebagai "la partie postérieure de ce quadrupede" (bagian belakang hewan berkaki empat), "cu d'singe" (pantat monyet), "cu d'ane" (bokong keledai) dan cul de chien (pantat anjing)… Yah, semacam itulah.
Meski begitu, orang-orang Eropa di abad pertengahan sangat tergila-gila pada buah ini.
Catatan pertama keberadaan buah medlar terdapat pada sebuah fragmen dari puisi Yunani dari abad ke-7 SM. Diperkirakan, buah itu kemudian sampai ke tangan orang-orang Romawi, yang lalu membawanya ke selatan Prancis dan Inggris.
Pada tahun 800 Masehi, Charlemagne memasukkannya dalam daftar buah yang harus ditanam di kebun milik raja. Dan sekitar 200 tahun kemudian, kepala biara dan penulis Ælfric dari Eynsham lah yang pertama kali menggunakan julukan yang agak kasar pada medlar di depan publik.
Follow Berita Okezone di Google News