JAKARTA - Indonesia pernah pernah mengalami masa kejayaan intelijen. Pada saat itu, sosok intelijen dikenal dengan orang tegap, rambut gondrong, jaket kulit gelap, pistol di pinggang, 'handy talky' (HT) dan tidak lupa Toyota Hardtop sebagai tunggangan.
Namun, saat ini seorang petugas intelijen justru dituntut untuk terlihat seperti masyarakat biasa. Petugas intelijen yang sudah mengikuti pendidikan intelijen pasti tahu bahwa salah satu pelajaran dasar sebagai seorang petugas intelijen adalah 'cover' (kedok) untuk penyamaran.
Petugas intelijen harus menyamar agar tidak dicurigai dan bisa diterima oleh target operasi. Salah satu 'cover' yang paling mendukung tugas intelijen adalah wartawan. Prinsip kerja wartawan sangat mirip dengan petugas intelijen, yakni sama-sama mencari data dan informasi. Bedanya adalah intelijen mencari informasi secara tertutup, wartawan mencari informasi secara terbuka.
Baca juga:Â 5 Badan Intelijen Ini Terkenal Punya Kekuatan Paling Besar di Dunia, Salah Satunya Mossad
Dikutip Wikipedia, kebanyakan mereka berkamuflase lebih hebat sehingga sangat sulit dan bahkan tak terlihat ketika berbaur dengan masyarakat sipil atau berbaur dengan pihak musuh. Ini disebabkan karena mereka memegang prinsip 1000 'cover', artinya personel intelijen tersebut memiliki 1000 kartu identitas atau id yang mana id-id tersebut menutupi identitas asli personel intelijen tersebut.
 Baca juga: Meski Tak Separah Tahun-Tahun Lalu, Badan Intelijen Inggris Sebut Terorisme Tetap Jadi Ancaman
Beban berat dan tugas berat selalu di pundak mereka. Ibarat misi berhasil tak dipuji, misi tak berhasil dicaci-maki, matipun tak ada yang mengakui.
Baca Juga: BuddyKu Festival, Generasi Muda Wajib Hadir
Follow Berita Okezone di Google News