Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ketika Menko Luhut Mengenang Anak Buahnya yang Rajin Puasa saat Bertempur

Tim Okezone , Jurnalis-Rabu, 21 Desember 2022 |05:01 WIB
 Ketika Menko Luhut Mengenang Anak Buahnya yang Rajin Puasa saat Bertempur
Luhut Binsar (bawah kanan) dan Durman dilingkari merah (foto: facebook LBP)
A
A
A

MENKO Maritm dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mempunyai kenangan tersendiri terhadap anak buahnya yang bernama Sersan Mayor Durman. Saat itu pada 1975–1976, Luhut bersama anak buahnya diperintahkan untuk melakukan pengamanan di Timor-Timur.

Luhut teringat kembali seorang prajuritnya yang tetap berpuasa Ramadhan saat pertempuran hebat di Timor-Timur dalam Operasi Seroja.

"Bicara tentang puasa, saya teringat kepada salah seorang anak buah yang rajin berpuasa walau saat sedang berada di tengah medan perang. Namanya, Sersan Mayor Durman, Caraka saya di Kompi A Denpur-1/Parako dalam operasi tempur di Timor Portugis tahun 1975–1976," tulis Luhut di laman Facebooknya yang dikutip Okezone, beberapa waktu lalu.

 BACA JUGA:Sat-81 Kopassus, Satuan Intelijen dengan Prabowo dan Luhut Binsar Menjadi Komandan Pertama

Peraih Adhi Makayasa Akademi Militer Nasional tahun 1970 ini mengatakan, sepanjang berlangsungnya operasi, sebagai seorang Muslim Durman tetap menjalankan ibadah puasa. Berpuluh kilogram beratnya ransel di punggung, tidak pernah membatalkan niatnya untuk terus berpuasa.

Saat itu, perlengkapan yang dibawa setiap prajurit memang cukup berat. Beberapa di antaranya berupa senapan otomatis AK-47, 750 butir peluru kaliber 7,62 mm, 3 magasin lengkung, 2 granat, bekal makan untuk beberapa hari, baju loreng, kaos, sepatu lapangan, dan topi rimba.

"Belum lagi setiap regu masih harus membawa senapan mesin RPD, peluncur roket RPG-2 buatan Yugoslavia, 60 peluru roket 90 mm, penyembur api lengkap dengan 5 mortir dan 18 butir peluru," ujarnya.

 BACA JUGA: Ketika Tim Kopassus Pantau Kegiatan HUT Republik Maluku Selatan di Belanda

Pendiri dan komandan pertama Detasemen-81 Antiteror Kopassus ini melanjutkan, operasi yang dijalankan adalah operasi yang cukup berat dan banyak merenggut korban.

"Kami di Kompi A mengawali operasi ini pada 7 Desember 1975 dengan kekuatan 110 orang prajurit. Tapi pada Maret 1976, jumlahnya bersisa menjadi 80 orang saja," ungkapnya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement