Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kambing Senduro dan Sejarahnya yang Dibawa Bung Karno dari India

Solichan Arif , Jurnalis-Kamis, 20 Juli 2023 |15:46 WIB
Kambing Senduro dan Sejarahnya yang Dibawa Bung Karno dari India
Kambing Senduro (Foto: Solichan Arif)
A
A
A

LUMAJANG – Kambing Senduro Lumajang, namanya begitu populer di berbagai kalangan bahkan hingga ke mancanegara. Namun, jarang banyak yang tahu kalau kambing tersebut erat dengan kebijakan ekonomi Soekarno atau Bung Karno. 

Habitat asalnya memang berasal dari wilayah Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Namun, Soekarno yang pertama kali membawa kambing berbulu putih, berkepala besar dengan geraham bawah lebih maju itu dari India. Bisa dibilang nenek moyang kambing tersebut ada di India.

“Nama kambingnya Jamnapari ras dari Etawah, sebuah daerah di India. Orang awam biasa menyebut kambing Etawa,” kata Saiful Siam, salah seorang peternak kambing Senduro Desa Kandangtepus, Kecamatan Senduro, Lumajang kepada MPI, Kamis (20/7/2023).

Saat itu, Soekarno sedang menyiapkan proyek pembangunan peternakan di Indonesia. Program pemerintah yang berorientasi memproduksi daging, telur dan susu itu, dimanifestasikan ke dalam Kasimo Plan.

Kasimo atau lengkapnya Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono merupakan menteri pertanian Indonesia ke- 6 (1948-1950) era Pemerintahan Soekarno. Pada periode 1947-1949 Kasimo pernah menjabat sebagai menteri muda kemakmuran dalam kabinet Amir Syarifuddin.

Kemudian, juga pernah didaulat sebagai menteri persediaan makanan rakyat dalam Kabinet Hatta I dan Hatta II. Di bawah pemerintahan Soekarno, Kasimo melaksanakan program yang dikenal dengan nama Kasimo Plan.

Salah satu langkah yang dipersiapkan Soekarno adalah membawa kambing Jamnapari dari India.

Peristiwa tersebut terjadi pada 1947. Kambing Jamnapari India itu, kata Saiful oleh Bung Karno dikembangbiakkan di dua tempat di Pulau Jawa. Yakni di Senduro Lumajang dan di daerah Kaligesing, Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

“Di Senduro, kambing Jamnapari dikawinkan dengan kambing Menggolo, yakni kambing lokal Lumajang. Kenapa yang dipilih Lumajang? Itu yang saya kurang tahu,” kata Saiful

Hasil persilangan Jamnapari dengan Menggolo lahir varietas baru yang kemudian dikenal dengan nama kambing Senduro. Secara fisik, kambing jenis baru ini berbeda.

Selain anatomi kepala lebih besar, yakni terutama pejantan, kambing Senduro memiliki sepasang telinga panjang, lemas sekaligus melintir ke bawah. Begitu juga postur tubuhnya, lebih besar dan tinggi. Bahkan, melebihi leluhurnya.

“Dalam usia dua tahun, dengan perawatan yang bagus, kambing Senduro mampu mencapai berat 150 kg,” kata Saiful yang juga mengembangkan peternakannya ke dalam Agro Eduwisata yang bernama Goatzilla Farm.

Proyek Soekarno dalam pembangunan peternakan, yakni terutama terkait rekayasa genetika kambing Senduro, dinilai sudah tepat. Kehadiran kambing Senduro berpotensi besar memenuhi kebutuhan pangan dan gizi di Tanah Air.

Saiful menambahkan, kambing Senduro memiliki keunggulan dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi. Seekor kambing Senduro betina mampu menghasilkan susu 1-1,5 liter per hari.

Dari penelitian sejumlah akademisi kampus, kandungan gizi susu kambing Senduro, kata dia, lebih bagus dibanding susu sapi maupun kambing lainnya.

"Saat ini, jumlah produksi susu kambing di Senduro mencapai rata-rata 3 ton per hari. Jumlah populasi kambing Senduro yang diperah sebanyak 3 ribu ekor,” ujarnya.

Selain susu, dengan postur yang gede, kambing Senduro juga mampu menghasilkan bobot daging yang besar. Tak heran, harga kambing Senduro memiliki kelas tersendiri di pasaran kambing. Terutama kambing Senduro kelas kontes, harganya bisa lebih mahal.

“Rata-rata untuk kambing Senduro dewasa bisa Rp 20-30 juta. Kalau kelas kontes bisa lebih mahal lagi,” ujarnya.

Jumlah populasi kambing Senduro di Kabupaten Lumajang sekarang mencapai sekitar 40 ribu ekor, yakni dengan lokasi pusat pembibitan di Kecamatan Senduro dan Pasrujambe.

Pada 2014, melalui Keputusan Menteri Pertanian RI 1055/Kpts/SR.120/10/2014, kambing Senduro Lumajang telah ditetapkan sebagai kekayaan sumber genetik ternak lokal Indonesia.

Varietas kambing Senduro telah dikenal di 33 negara di dunia sebagai salah satu kambing unggulan asal Indonesia. Namun sayangnya, kata Saiful, dalam mengembangbiakkan kambing Senduro, para peternak rakyat relatif berjalan sendiri. Termasuk dalam mencari pasar ekonomi, peternak rakyat melakukannya sendiri.

Pembinaan dari pemerintah, diakui Saiful memang ada, namun belum berjalan maksimal. “Sampai saat ini bisa dibilang para peternak rakyat kambing Senduro auto pilot, atau berjalan sendiri,” tuturnya. 

Senada diungkapkan Rizal, anggota komunitas pemuda di Kabupaten Lumajang. Dengan melihat konteks sejarah yang ada, kambing Senduro harusnya bisa menjadi ikon besar Lumajang.

Pemerintah daerah semestinya menangkap peluang itu sedari dulu. Sebab, yang ia ketahui selama ini, banyak susu kambing Senduro asal Lumajang yang dibawa ke luar daerah, dan ironisnya market brandnya bukan Lumajang.

“Tidak hanya susu kambing Senduro sih, tapi juga banyak produk lain asal Lumajang yang bernasib sama. Dan ironisnya pemerintah daerah terkesan berpangku tangan,” ujarnya.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement