Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Penemuan Kayu Kuno Usia Setengah Juta Tahun di Tepian Sungai Zambia, Ubah Pemahaman Soal Kehidupan Manusia Purba

Susi Susanti , Jurnalis-Kamis, 21 September 2023 |10:35 WIB
Penemuan Kayu Kuno Usia Setengah Juta Tahun di Tepian Sungai Zambia, Ubah Pemahaman Soal Kehidupan Manusia Purba
Penemuan batang kayu kuno di tepi sungai Zambia (Foto: Geoff Duller)
A
A
A

ZAMBIA Penemuan batang kayu kuno di tepian sungai di Zambia telah mengubah pemahaman para arkeolog tentang kehidupan manusia purba.

Para peneliti menemukan bukti bahwa kayu tersebut telah digunakan untuk membangun sebuah struktur hampir setengah juta tahun yang lalu.

Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Nature ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman batu membangun tempat yang mungkin merupakan tempat berlindung.

“Penemuan ini telah mengubah cara saya berpikir tentang nenek moyang kita,” kata arkeolog Prof Larry Barham, dikutip BBC.

Ilmuwan Universitas Liverpool memimpin proyek penelitian Deep Roots of Humanity, yang menggali dan menganalisis kayu kuno.

Penemuan ini dapat mengubah keyakinan saat ini bahwa manusia purba menjalani kehidupan yang sederhana dan nomaden.

“Mereka membuat sesuatu yang baru, dan berukuran besar, dari kayu,” lanjutnya.

“Mereka menggunakan kecerdasan, imajinasi, dan keterampilan mereka untuk menciptakan sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya,” ujarnya.

Para peneliti juga menemukan peralatan kayu kuno, termasuk tongkat penggali. Namun yang paling membuat mereka bersemangat adalah dua potong kayu yang ditemukan tegak lurus satu sama lain.

“Salah satu terletak di atas yang lain dan kedua potongan kayu tersebut memiliki lekukan,” kata arkeolog Universitas Aberystwyth, Prof Geoff Duller.

“Anda dapat melihat dengan jelas takik-takik itu telah dipotong dengan peralatan batu,” lanjutnya.

“Itu membuat kedua batang kayu itu menyatu menjadi objek struktural,” tambahnya.

Analisis lebih lanjut memastikan bahwa kayu tersebut berumur sekitar 476.000 tahun.

Hingga saat ini, bukti penggunaan kayu oleh manusia masih terbatas pada pembuatan api dan peralatan kerajinan seperti tongkat penggali dan tombak.

Salah satu penemuan kayu tertua adalah tombak berusia 400.000 tahun di pasir prasejarah di Clacton-on-Sea, Essex, pada 1911.

Kecuali jika diawetkan dalam kondisi yang sangat spesifik, kayu akan membusuk.

Namun di tepi sungai berkelok-kelok di atas Air Terjun Kalambo, dekat perbatasan Zambia-Tanzania, sungai tersebut tergenang air dan menjadi asinan selama ribuan tahun.

Tim tersebut mengukur usia lapisan bumi tempat ia terkubur, menggunakan penanggalan pendaran.

Prof Duller mengatakan butiran batuan menyerap radioaktivitas alami dari lingkungan dari waktu ke waktu - pada dasarnya mengisi daya seperti baterai kecil.

Dan radioaktivitas tersebut dapat dilepaskan dan diukur dengan memanaskan butiran dan menganalisis cahaya yang dipancarkan.

Ukuran kedua batang kayu tersebut, yang lebih kecil sekitar 1,5 m (5 kaki), menunjukkan bahwa siapa pun yang memasangnya bersama-sama sedang membangun sesuatu yang besar.

Kemungkinannya bukan berupa gubuk atau tempat tinggal permanen, tapi bisa jadi itu merupakan bagian dari platform untuk berlindung, kata tim tersebut.

“Ini mungkin semacam bangunan untuk duduk di tepi sungai dan memancing,” ungkapnya.

"Tetapi sulit untuk mengatakan seperti apa struktur [lengkap] yang mungkin ada,” ujarnya.

Juga tidak jelas spesies manusia purba – atau hominid – apa yang membangunnya.

Sejauh ini tidak ada tulang yang ditemukan di situs ini.

Dan kayunya jauh lebih tua dibandingkan fosil manusia modern paling awal – atau Homo sapien – yang berusia sekitar 315.000 tahun.

“Bisa jadi itu adalah Homo sapiens dan kita belum menemukan fosil dari zaman tersebut,” kata Prof Duller.

“Tetapi bisa jadi spesies yang berbeda – Homo erectus atau Homo naledi – ada sejumlah spesies hominid yang ada pada saat itu di Afrika bagian selatan,” lanjutnya.

Diangkut ke Inggris untuk dianalisis dan dilestarikan, artefak kayu tersebut disimpan dalam tangki yang meniru genangan air yang mengawetkannya dengan sangat indah selama setengah juta tahun terakhir. Namun mereka akan segera kembali ke Zambia untuk dipajang.

Sementara itu, anggota tim Perrice Nkombwe, dari Livingstone Museum, di Zambia, mengaku kagum saat mengetahui bahwa pengerjaan kayu adalah tradisi yang mengakar.

"Saya sadar bahwa kami telah menemukan sesuatu yang luar biasa,” terangnya.

“Dengan penemuan ini, kami berharap dapat memperkaya koleksi kami dan menggunakan temuan ini untuk menginformasikan interpretasi tradisi pengerjaan kayu di Zambia,” ujarnya.

Dia menambahkan dengan melanjutkan pekerjaan di lokasi Air Terjun Kalambo, hal ini memiliki potensi untuk memperdalam pengetahuan kita tentang teknik pengerjaan kayu kuno, pengerjaan, dan interaksi manusia dengan lingkungan.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement