JAKARTA - Mungkin bagi warga asli DKI Jakarta atau orang-orang Betawi sudah tidak asing lagi dengan wilayah Condet. Salah satu daerah yang terletak di Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, ini pada awalnya terkenal dengan perkebunan duku dan salak, serta tempat bermukimnya orang-orang keturunan Timur Tengah yang datang ke Jakarta.
Namun, kini daerah Condet telah diubah menjadi salah satu cagar budaya dan tempat wisata untuk mengenalkan budaya Betawi. Rupanya daerah Condet merupakan salah satu daerah yang menyimpan sejarah dan cerita asal-usul yang unik dan menarik.
Bagaimana sejarah dan asal-usul nama daerah Condet?
Nama Condet memiliki asal-usul tersendiri, dimana nama tersebut berasal dari anak sungai Ciliwung, yaitu Ci Ondet. Dalam bahasa Sunda Ci memiliki arti sebagai air atau sungai. Sedangkan kata Ondet sendiri berasal dari Ondeh-ondeh, yang merupakan tumbuhan atau pohon buni, yang buahnya dapat dimakan.
Namun, beberapa cerita lain juga menyebutkan bahwa asal-usul nama Condet, berasal dari kehadiran sosok Haji Entong, seorang yang memiliki kesaktian dan memiliki bekas luka di wajah atau disebut Codet. Keberanian Haji Entong dalam melawan penjajah Belanda, menjadikan namanya terkenal.
Jika dikaitkan dengan sejarah masa kolonialisme Belanda. Nama Condet pernah tercantum dalam catatan perjalanan Abraham Van Riebeeck, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal VOC di Batavia.
Selain itu ada tahun sebelum masa kolonialisme, nama Codet juga pernah disebut dalam surat wasiat yang ditulis oleh Pangeran Purbaya dari Banten. Dalam surat wasiat itu Pangeran Purbaya mewasiatkan beberapa rumah dan sejumlah kerbau pada anak-anak dan istrinya yang berkawasan di Condet.
Bahkan hal menarik dari Condet, sebelum dijadikan pemukiman warga. Pernah ditemukan peninggalan purbakala berupa Kapak, Gurdi, dan Pahatan batu yang diperkirakan dari tahun 1500 SM. Melalui penemuan tersebut menguatkan fakta bahwa Condet merupakan daerah yang sudah ada sejak dahulu.
Jika dulu Condet dikenal dengan wilayah pemukiman masyarakat penghasil buah-buahan seperti duku dan salak. Bahkan jumlah pohon salak di wilayah Condet mencapai 1.656.600 rumpun. Kini wilayah Condet telah berubah menjadi pemukiman warga, tempat wisata, dan pusat cagar budaya Betawi.
Kebudayaan Betawi sangat dikenal melalui wilayah Condet mulai dari sejarah, budaya, dan geografis. Sehingga pada tahun 1974, tepatnya pada tangga; 30 April 1974. Gubernur Ali Sadikin menetapkan Condet sebagai wilayah Pengembangan Kawasan Budaya Betawi. Namun karena kurangnya minat dan atensi masyarakat, akhirnya pusat cagar budaya Betawi dipindahkan ke Situ Babakan, Jakarta Selatan tepatnya pada tahun 2004.
Hal menarik lainnya dari Condet, yaitu banyaknya kaum pendatang yang berasal dari Timur Tengah. Sehingga jangan kaget jika menemukan banyak warga lokal Condet yang fasih berbahasa Arab. Karena sekitar 95% para pendatang yang baru pindah ke Condet merupakan keturunan Arab. Sering juga dijumpai banyak restoran Arab di daerah tersebut.
(Fakhrizal Fakhri )