Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

El Nino Telah Berakhir, BMKG Sebut Cuaca di Indonesia Bakal Lebih Basah Agustus Nanti

Binti Mufarida , Jurnalis-Senin, 29 Juli 2024 |08:23 WIB
El Nino Telah Berakhir, BMKG Sebut Cuaca di Indonesia Bakal Lebih Basah Agustus Nanti
Ilustrasi
A
A
A

JAKARTA - Lembaga Meteorologi Dunia termasuk Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menyatakan fenomena iklim El Nino telah berakhir dan akan berganti ke fenomena La Nina.

Diketahui, fenomena El Nino di Indonesia akan membawa suhu yang cenderung hangat dan kering atau kemarau. Sebaliknya, La Nina membawa suhu yang cenderung basah, sehingga fenomena La Nina akan membawa cuaca hujan di Indonesia.

“Bahwa saat ini kondisi telah netral atau fenomena El Nino telah berakhir. Berbagai Lembaga Meteorologi di Dunia masuk BMKG telah menyatakan bahwa indeks ENSO adalah indeks untuk mengetahui apakah ini dalam kondisi El Nino, La Nina atau netral. Jadi indeks ENSO sebagai indikator El Nino telah mencapai nilai netral yaitu sebesar 0,4 sejak awal Mei 2024. Kondisi Netral ini terus berlangsung hingga pertengahan Juli 2024 dengan indeks sebesar 0,1,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dikutip dari laman media sosial resmi BMKG, Senin (29/7/2024).

Dwikorita menjelaskan kondisi meluruhnya El Nino ini disebabkan mendinginnya suhu muka air laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Hal inilah yang menjadi dasar untuk dinyatakan bahwa El Nino telah berakhir dan kondisinya netral. 

“Sebentar lagi kita akan, jadi kami telah memprediksi La Nina, jadi suhu muka air laut di Samudra Pasifik sudah mulai mendingin dan apabila semakin mendingin maka masuk ke dalam indeks yang dinyatakan sebagai La Nina,” ujar Dwikorita.

Dia mengatakan bahwa fenomena La Nina diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus-September, atau di puncak musim kemarau 2024. “Diprediksi sekitar di bulan Agustus, September atau Agustus Puncak musim kemarau ini La Nina akan mulai masuk dengan mendinginnya, semakin mendinginnya suhu muka air laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur di ekuator.” 

 

“Jadi, La Nina yang diprediksi mulai periode Agustus 2024 sebenarnya merupakan fenomena atmosfer yang ditandai dengan mendinginnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur di bagian ekuator,” paparnya.

Dwikorita juga mengungkapkan bahwa dampak La Nina bagi wilayah di Indonesia adalah semakin banyaknya uap air yang masuk ke wilayah Indonesia. Sehingga menyebabkan makin banyaknya pertumbuhan awan-awan hujan yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensi terjadinya hujan di beberapa wilayah Indonesia.

Dwikorita mengatakan dengan adanya fenomena La Nina akan berpotensi meningkatnya pertumbuhan awan hujan hingga 40%. Wilayah tersebut diantaranya di Jawa, Sumatra bagian selatan dan timur, Kalimantan yakni Kalimantan Barat, Tengah, dan Selatan, Sulawesi Barat dan Utara, sebagian Maluku.

Dwikorita pun mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi basah. Meskipun, pada sebagian wilayah Indonesia lainnya masih mengalami kekeringan.

“Jadi perlu waspada adanya potensi bencana meteorologi basah meskipun di sebagian wilayah lainnya di Indonesia justru mengalami kekeringan. Jadi di musim kemarau kali ini ada sebagian yang masih mengalami kekeringan namun sebagian wilayah lain justru dikhawatirkan akan mengalami banjir, banjir bandang dan longsor dengan masuknya La Nina, meskipun levelnya lemah tergantung pada kondisi kerusakan lahannya,” pungkasnya. 

(Khafid Mardiyansyah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement