JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebutkan, wilayah Indonesia, khususnya di bagian Timur berpotensi terjadi hujan ekstren dan angin kencang disertai kilat dan petir selama sepekan ke depan. Maka itu, antisipasi banjir bandang hingga tanah longsor pun harus diperhatikan pemerintah setempat dan masyarakat.
"Imbauan yang perlu kami sampaikan, agar pemerintah daerah bersama pihak terkait dan masyarakat diminta tuk siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor," ujarnya dalam konferensi pers yang digelar secara daring, Sabtu (1/2/2025).
Menurutnya, pada sepekan ke depan atau 2-7 Februari 2025 mendatang, berpotensi terjadinya peningkatan curah hujan, mulai dari hujan lebat hingga ekstrem di wilayah Indonesia, seperti Papua, NTT, NTB, Yogyakarta, Jawa Barat, Kalimantan Utara, Maluku Utara, dan Jambi.
Puncak musim hujan di bulan Januari-Februari 2025 ini tak lepas dari pengaruh pengaruh Monsun atau angin yang bertiup dari arah benua Asia yang semakin menguat intensitasnya, disertai La Nina Lemah ke Indonesia, yang mana hal itu diprediksi berlangsung hingga bulan Maret-April 2025 mendatang.
Maka itu, kata dia, diperlukan tindakan yang perlu dilakukan tuk antisipasi banjir dan banjir bandang. Apabila masyarakat melihat awan mulai menggelap, terutama awan-awan yang berada di arah gunung atau diatas gunung diminta untuk meninggalkan kawasan lembah dan bantaran sungai.
"Misal kita tinggal di bantaran sungai tapi tak di gunung, di dataran rendah, kita melihat ke arah gunung itu awannya sudah mulai gelap, di tempat kita berada itu masih cuaca cerah, awan masih putih, tapi di hulu di gunung gelap apalagi menggumpal membumbung tinggi segera saja tinggalkan lembah dan bantaran sungai," tuturnya.
"Menjauh dari lembah dan bantaran sungai sampai beberapa kilometer, katakanlah lebih dari 2 kilometer karena hujan lebat yang sedang terjadi di hulu ditandai dengan awan hitam tadi itu dapat menjadi banjir bandang menyentor ke arah hilir tempat kita berada dimana cuacanya cerah, dan kecepatannya sangat tinggi seperti di flash yah membawa batu-batu pasir lumpur kayu dan dapat meluap dari sungai," terang Dwikorita lagi.
Dia membeberkan, kondisi bencana tersebut sudah terjadi beberapa kali di wilayah Indonesia, termasuk di Papua, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi, yang mana kerap memakan banyak korban jiwa sehingga poin tersebut harus ditegaskan dan diperhatikan bersama. Situasi cuaca saat ini ada tendensi dampak potensi munculnya bencana tersebut.
"Jadi, situasi cuaca saat ini ada tendensi mengarah kesana, yang memicu terjadinya banjir bandang terutama akibat dari kejadian gempa sebelumnya," paparnya.
Apalagi, tambahnya, data dalam satu bulan terakhir di Januari 2025 terdapat titik-titik gempa, khususnya di Papua. Sekaligus prediksi curah hujan bakal meningkat atau melompah sehingga wilayah Papua khususnya, berpotensi munculnya bencana banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.
"Di Papua ternyata dalam 1 bulan terakhir, utamanya Papua Barat dan Papua Barat Daya dan beberapa di Papua bagian Selatan disitu banyak gunung, dan di gunung itu mengalir sungai-sungai, biasanya setelah terjadi gempa kecil itu mengakibatkan longsor di bekas gunung dan membendung lembah sungai dan menjadi bendungan air hujan," jelasnya..
"Apabila terjadi hujan lebat, bendungan itu akan jebol menyentor ke bawah secara cepat dengan membawa batuan, kayuan, pasir, campur aduk dan bisa melampar keluar badan sungai lebih dari 1 kilometer. Ini fenomenanya pas ada cuaca puncak musim hujan, ada gempa sungai sebelumnya, ada sungai yang lebar," katanya lagi.
(Khafid Mardiyansyah)