Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Gawat! Diduga Bangkai KMP Tunu Pratama Jaya Terdeteksi Dekati Kabel Listrik Jawa-Bali

Avirista Midaada , Jurnalis-Kamis, 10 Juli 2025 |01:01 WIB
Gawat! Diduga Bangkai KMP Tunu Pratama Jaya Terdeteksi Dekati Kabel Listrik Jawa-Bali
Diduga bangkai KMP Tunu Pratama Jaya terdeteksi dekati kabel listrik Jawa-Bali (Foto: Ist/Avirista M)
A
A
A

BANYUWANGI – Tim pencari gabungan menurunkan kamera bawah laut di Selat Bali guna mencari keberadaan KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam. Dari hasil pemantauan robot kamera bawah laut yang bernama Remotely Operated Vehicle (ROV), terlihat objek benda yang diduga kuat merupakan bangkai KMP Tunu Pratama Jaya.

Deputi Operasi Pencarian dan Pertolongan Kesiapsiagaan Basarnas, Ribut Eko Suyatno, mengungkapkan, ada dua referensi benda logam yang diduga bagian dari KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam. Dua titik referensi itu berada di titik empat dan tujuh, di mana dari titik itu ternyata kapal berada tak jauh dari kabel listrik bawah laut.

"Tapi dari data (terduga kapal) dengan kabel kurang lebih (jaraknya) 30 meter. Ini data yang kami miliki, mudah-mudahan ini menjadi valid dan bisa kami laporkan ke jajaran pimpinan, sehingga langkah-langkah kami harus lebih tepat lagi," kata Ribut Eko Suyatno di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Rabu malam (9/7/2025).

Artinya, jika kapal itu berada dekat kabel, kata Ribut, perlu penanganan dan pemantauan ekstra. Sebab, dari titik awal kapal itu tenggelam di Selat Bali, sudah bergeser kurang lebih ke arah selatan mendekati kabel listrik bawah laut. Apalagi, kabel itu diketahui juga memiliki tegangan tinggi, yakni 150 kilovolt, untuk aliran listrik dari Pulau Jawa ke Bali.

"Namun, dari referensi kabel laut yang ada tergelar di titik empat ini kami mohon masukan dari rekan-rekan PLN, sehingga dalam pengambilan langkah tidak terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Saya akan merapatkan barisan lagi ke seluruh stakeholder yang tergabung dalam operasi SAR gabungan untuk mengambil langkah-langkah ini," jelasnya.

 

Sementara itu, Komandan Gugus Tempur Laut (Danguspurl) Koarmada II, Laksamana Pertama TNI Endra Hartono, menyampaikan memang sengaja menurunkan kamera bawah laut pada Rabu pagi sekitar pukul 07.30 WIB dari KRI Pulau Fanildo. Kamera bawah air pada ROV ini turun hingga kedalaman 49 meter di bawah permukaan air Selat Bali.

"Sebelumnya bisa memonitor objek yang ada di bawah air. Ada gambar objek bawah air (terduga kapal KMP Tunu Pratama Jaya) di kedalaman 48–49 meter dengan kondisi seperti di kamera," ujar Endra Hartono.

Sayangnya, kata dia, robot bawah laut yang dilengkapi kamera itu gagal mengambil gambar lebih jelas karena saat turun di bawah laut pada kedalaman 35 meter, hanyut terbawa arus bawah laut.

"Saat turun ternyata kondisi di lapangan berbeda. Kami menurunkan kamera bawah air sampai kedalaman 35 meter, setelah itu hanyut oleh arus. Sehingga tidak bisa terdeteksi yang lain. Sebelum hanyut, masih bisa memonitor objek yang ada di bawah air," terangnya.

Sebelumnya, KMP Tunu Pratama Jaya sekitar pukul 23.15 WIB, Rabu 2 Juli 2025 atau 00.15 WITA Kamis 3 Juli 2025 mengeluarkan kode merah. Tim operator Pelabuhan Gilimanuk dan salah satu nahkoda kapal lain menerima permintaan tolong karena kapal mengalami kebocoran mesin.

 

Sekitar pukul 00.19 WITA, KMP Tunu Pratama Jaya dilaporkan mengalami blackout alias insiden kehilangan daya di tengah laut. Total ada sebanyak 53 penumpang dalam manifes dan 12 kru kapal yang bertugas. 

Kapal itu juga membawa 22 kendaraan berbagai jenis. Proses pencarian dilakukan setiap hari sejak pukul 07.00 hingga 19.00 WIB.

Operasi pencarian juga memperhatikan cuaca yang dinamis di Selat Bali. Hingga Selasa malam, 8 Juli, sebanyak 42 orang ditemukan, dengan rincian 30 orang selamat, 12 orang tewas, dan 25 orang lainnya masih dalam pencarian. 

Dua tambahan korban ditemukan pada Rabu malam, 9 Juli di perairan Pebuahan, Desa Banyu Biru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali.
Proses pencarian dilakukan dengan melibatkan sekitar 1.000 personel gabungan dari laut, darat, dan udara. Penyisiran dari laut dilakukan mulai dari perairan Tanjungwangi yang menjadi perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo hingga ke selatan.

Hal serupa juga dilakukan di perairan Selat Bali yang mengarah hingga ke pesisir selatan, tepatnya di Pebuahan, Banyu Biru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, yang berjarak lebih dari 60 kilometer dari Pelabuhan Gilimanuk, Bali.
 

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement