JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 192 kali gempa susulan pascagempa bermagnitudo 6,5 yang mengguncang Sumenep dan Pulau Sapudi pada 30 September 2025 pukul 23.49 WIB. Gempa susulan terakhir terjadi pada Senin (13/10/2025) pukul 14.10 WIB dengan kekuatan Magnitudo 5,0.
“Hingga tanggal 13 Oktober 2025 pukul 14.47 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 192 kejadian gempa bumi susulan (aftershock),” ungkap Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, Senin (13/10/2025).
Daryono menjelaskan, gempa utama yang mengguncang Sumenep merupakan gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan sesar naik (thrust fault),” ujarnya.
Gempa tersebut berdampak dan dirasakan di Pulau Sapudi dengan skala intensitas III–IV MMI, di mana getaran terasa oleh banyak orang di dalam rumah, sebagian di luar ruangan, gerabah pecah, jendela dan pintu berderik, serta dinding berbunyi.
Sementara itu, di Kabupaten Sumenep gempa dirasakan dengan skala III MMI (getaran terasa nyata di dalam rumah, seakan-akan ada truk besar melintas). Di Pasuruan dan Pamekasan, intensitasnya mencapai II–III MMI, sedangkan di Kota Malang tercatat II MMI, yang artinya getaran hanya dirasakan oleh beberapa orang dan benda-benda ringan yang digantung tampak bergoyang.
“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami,” tegas Daryono.
BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan waspada, serta tidak mudah terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Hindarilah bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal Anda cukup tahan gempa dan tidak memiliki kerusakan yang membahayakan sebelum kembali ke dalam rumah,” imbaunya.
(Awaludin)