ZOHRAN Mamdani, seorang imigran Uganda keturunan India berusia 34 tahun baru saja menggemparkan politik dunia karena memenangkan pemilihan Wali Kota New York. Hal ini menandai sejarah baru bagi kota terbesar di Amerika Serikat itu. Pertama kali dalam sejarah, New York dipimpin seorang minoritas Muslim dan keturunan Asia Selatan.
Fenomena Politik
Kemenangan Zohran Mamdani adalah anomali. Bagaimana tidak, bukan hanya karena imigran dan minoritas, tapi juga dilihat dari sisi "isi tas". Andrew Cuomo yang merupakan lawan Zohran Mamdani didukung oleh 26 orang konglomerat dengan total sumbangan dana kampanye 356,72 Milyar Rupiah, sedangkan Zohran hanya mengumpukan donasi kampanye sebesar 4,3 Milyar yang mayoritas berasal dari sumbangan warga kelas pekerja.
4,3 M melawan 356,72 M, 1 berbanding 82,9 (1 : 82,9), perbandingan fantastis nilai dana kampanye Zohran vs Cuomo, tak berbaring lurus pada hasil, justru Zohran mampu menang dengan suara 50,4%, Cuomo memperoleh 41,6% suara, sementara kandidat Partai Republik Curtis Sliwa hanya meraih 7,1%, dengan 98% suara telah dihitung.
Fenomena lainnya adalah bahwa Zohran seorang sosialis Partai Demokrat yang sangat keras bersuara tentang Pro-Palestina, bahkan dengan tegas pernah menyampaikan akan menangkap Benjamin Netanyahu jika datang ke New York, tetapi justru didukung oleh banyak komunitas Yahudi kota New York.
Gagasan yang Fokus dan Orkestrasi Media Sosial
"Kami mencintai Kota New York, tapi tidak dengan biaya hidupnya", begitu kata banyak komunitas orang muda dan kelas pekerja yang kesulitan memiliki rumah di Kota New York. Bahkan biaya penitipan anak saja, bisa mencapai 30 juta Rupiah, belum biaya transportasi untuk hidup Kota New York yang super sibuk dan tidak pernah tidur.
Zohran tidak berkampanye dengan membawa agama maupun ras, ia hadir dengan gagasan yang jelas, nyata, dan sangat dekat dengan keseharian warga kota kelas pekerja.
Sejak awal, pesan utamanya fokus dan sederhana: "menurunkan biaya hidup kelas pekerja". Dalam dunia marketing, kejelasan & kesederhanaan pesan utama akan jadi kunci sukses, dan Zohran berhasil membawa kejelasan dan kesederhanaan pesan itu dalam gagasannya.
Janji kampanye Zohran pun sederhana, tapi menyentuh fundamental warga kota: menurunkan biaya sewa rumah, penitipan anak gratis, bus gratis, pasar dikelola pemerintah, dan menaikkan pajak untuk orang-orang kaya. Siapa yang tidak tertarik? Berbondong-bondong orang muda dan kelas pekerja akhirnya bergabung menjadi tim sukses Zohran, bahkan rela mengeluarkan uang dari kantong pribadinya untuk memenangkan Zohran. Karena ini bukan tentang memenangkan satu orang saja, tapi memenangkan mimpi seluruh warga kota kelas pekerja di New York. Mimpi mengahdirkan kota yang ramah dan murah untuk orang muda.
Orkestrasi media sosial Zohran dan tim kampanyenya juga perlu diacungi jempol. Konten-konten kampanyenya di medsos cenderung ringan, fresh, dan dekat dengan keseharian masyarakat. Pilihan font dan tone warna yang menarik pun menjadi ciri khas, terasa energi baru dan perubahan pada politik yang menjemukan.
Pembawaan Zohran yang luwes dan public speaking-nya yang keren, cara menanggapi isu yang cerdas, ikut membuat banyak kontennya jadi sangat seru. Tak ayal meski anggaran kampanyenya kalah jauh dari pesaing, tapi banyak konten kampanyenya di media sosial justru viral dan menjadi percakapan.
Energi Baru Indonesia
Zohran adalah energi baru. Orang muda yang tampil memberikan tenaga pada politik. Tenaga untuk mendorong perubahan. Ia menggerakkan orang muda yang dahulu skeptis dan apatis menjadi lebih partisipatif dan melek politik. Tak hanya sekadar jadi objek suara, orang muda bersama Zohran menjadi subjek perubahan bahkan lokomotif utama yang menggerakkan demokrasi.
Kini, seluruh dunia sedang menatap padanya, fenomena Zohran berpotensi menggerakkan pendulum politik Amerika bahkan dunia ke arah baru.
Orang-orang muda dan kelas pekerja di Kota New York telah membuktikannya bahwa solidaritas sosial telah mengalahkan sentimen-sentimen primordial.
Partai politik harus berbenah karena politik dunia akan segera berubah. Fenomena Zohran Mamdani akan menjadi virus perubahan yang menyebarkan dengan cepat ke seluruh penjuru dunia. Virus yang akan menggerakkan orang muda untuk merebut demokrasi, mengubah sistem pemilu yang koruptif menjadi partisipatif, dan akan menghadirkan banyak sirkulasi kekuasaan.
Percakapan ide dan gagasan akan segera kembali menguasai alam pikiran generasi muda di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Politisi alternatif dari kelompok minoritas akan bermunculan, orang muda akan lebih berani bertengkar dengan argumentasi dan strategi, bukan dengan sentimen dan alergi. Kedepan, orang muda akan lebih fokus melihat pemimpin dari kompetensi dan narasi, bukan lagi kesamaan latar belakang suku, ras, dan agama yang jadi tendensi.
Generasi baru yang tumbuh di dunia baru akan bebas mengimajinasikan Indonesia kedepan, di luar konvensi generasi lama, melampaui batas-batas politik tradisional dan transaksional. Tak lama lagi, masa itu pasti akan tiba di Indonesia. Tapi pilihannya, maukah kita bersama-sama ikut berjuang untuk mempercepat kedatangannya?
Oleh: Agus Taufiq (politisi muda & inisiator @KebijakanKita)
(Arief Setyadi )