PRIPYAT – Setelah tiga dekade menjadi kota mati, Pripyat, Ukraina kabarnya kembali dihuni manusia. Sepasang suami istri, Leonid Rindyuk (87) dan istrinya, Ekaterina (89) menjadi salah satu warga yang merasa senang bisa kembali ke kota asal mereka, yang dulunya ditutup karena dianggap berbahaya tersebut.
Sebelum bencana nuklir Chernobyl terjadi pada 26 April 1986, keduanya bekerja sebagai buruh bongkar muat barang dari kapal tongkang di sungai terdekat. Namun, setelah reaktor nuklir tersebut meledak, mereka dievakuasi pemerintah ke lokasi yang jauh dari Pripyat.
Foto: Leonid Rindyuk (87) dan istrinya, Ekaterina (89).
Seperti halnya para korban lain, pasutri ini diungsikan ke sebuah apartemen di Ibu Kota Ukraina dan mendapat tunjangan secukupnya dari pemerintah. Sayangnya, kehidupan di kota besar tidak membuat mereka nyaman. Mereka selalu ingin kembali ke kampung halamannya.
Keputusan itu, akhirnya mereka bulatkan pada 1993. Mereka kembali ke rumah kayu tua yang dibangun kakek Rindyuk di tepi sungai Pripyat.
“Saya tidak suka Kiev. Kau harus selalu melihat ke segala arah sebelum menyeberang jalan, dan saya sudah terlalu tua untuk itu. Di sini saya lebih bahagia,” ujar Rindyuk, seperti disitat dari Telegraph, Senin (25/4/2016).
Maria Lobzin Semenyuk, yang sudah lanjut usia juga memilih menetap di kawasan tersebut. Meskipun pemerintah terus menghimbau agar mereka meninggalkan lokasi yang masih dianggap berbahaya bagi manusia itu.
“Tidak ada radiasi di sini. Saya tidak takut apapun. Kalaupun sudah waktunya saya mati, itu tidak akan terjadi karena dampak radiasi,” tegas nenek yang tinggal bersama ayam-ayam dan angsa-angsanya tersebut, seperti dilansir dari Independent.
Foto: Maria Lobzin Semenyuk. (EPA)
Sedikitnya 187 orang sudah kembali ke Pripyat, kebanyakan mereka berusia di atas 80 dan 90 tahun. Di sana mereka hidup sederhana, selayaknya warga pedesaan. Berkebun dan memancing.
Namun begitu, mereka sering kali bersitegang dengan pemerintah zona yang menyebut mereka pendatang, bukan penduduk. Kepolisian setempat bahkan selalu melarang semua produksi berkebun mereka keluar dari kawasan tersebut.
“(Padahal) otoritas setempat selalu menguji produk kami setiap musim gugur, tetapi mereka tidak pernah menemukan kadar radiasi apapun,” tandas Ryudnik.
Terkait keluhan para manula di zona terlarang Pripyat, otoritas setempat mengaku memang melarang semua bahan baku makanan meninggalkan kawasan berbahaya itu. Menurut mereka, mungkin saja di beberapa tempat sudah tidak terdampak radioaktif. Akan tetapi, belum tentu daerah lain sudah bebas kontaminasi.
“Bisa saja memang sudah bersih suatu hari dan terkontaminasi pada hari berikutnya,” terang Bogdan, otoritas setempat.