DAHULU jamaah calon haji Indonesia membutuhkan waktu lama untuk bisa sampai di tanah suci Arab Saudi. Menggunakan moda transportasi kapal laut, umat Islam dalam negeri harus menempuh perjalanan selama 9 bulan pergi-pulang. Tak heran jika banyak jamaah sakit atau bahkan meninggal dunia karena lamanya perjalanan haji laut tersebut.
Hambatan kerap mereka temui, seperti gangguan cuaca badai hingga kondisi fisik jamaah yang tidak dapat bertahan. Maka itu, berhaji pada zaman dahulu merupakan ibadah istimewa karena disertai perjuangan dengan perjalanan panjang dan melelahkan.
Sebagaimana Okezone kutip dari berbagai sumber, Rabu (30/8/2017), lamanya perjalanan di atas laut ini dimanfaatkan para jamaah untuk melakukan manasik. Kepala rombongan mengumpulkan para jamaah calon haji guna diberikan pengarahan serta mematangkan manasik. Sehingga ketika sudah sampai di Makkah-Madinah bisa menunaikan ibadah haji secara mandiri.
Berhaji melalui jalur laut diketahui sudah diterapkan sejak zaman Pemerintah Hindia-Belanda, lalu mulai kembali marak pada era 1960. Cara ini banyak dipilih umat Islam di Indonesia karena biayanya yang masih terjangkau serta dapat mengangkut ribuan orang.
Sebenarnya pada 1952 sudah ada penyediaan pemberangkatan ibadah haji menggunakan pesawat terbang. Tapi ternyata sepi peminat, akibat biayanya yang jauh lebih mahal.
Di 1960-an, biaya untuk berhaji menggunakan kapal laut dipatok Rp400.000 dan Rp1.400.000 untuk pesawat. Kala itu perusahaan pertama yang menjadi penyedia angkutan haji laut adalah PT Arafat.
Mereka tercatat memiliki banyak kapal, seperti KM Gunung Djati, Tjut Njak Dhien, Pasific Abeto, Mei Abeto, dan Le Havre Abeto. Kapal-kapal inilah yang setiap tahunnya kala itu mengantarkan Muslim Tanah Air untuk berhaji di Timur Tengah.
(Baca: Subhanallah... 11 Tempat Ini Menjadi Saksi Sejarah Perjuangan Nabi Muhammad di Tanah Madinah)
Namun sayangnya pada 1979 angkutan haji laut harus terhenti seiring dinyatakan pailitnya PT Arafat oleh Kementerian Perhubngan melalui Surat Keputusan Nomor SK-72/OT.001/Phb-79. Langkah ini ditetapkan karena kala itu PT Arafat sudah tidak dapat bersaing lagi dengan penyedia layanan berhaji menggunakan moda pesawat terbang.
Diketahui biaya yang dibutuhkan untuk haji laut Rp556.000, sedangkan menaiki pesawat terbang Rp560.000, hanya beda sedikit. Kemudian jumlah jamaah haji via laut 15.396 orang, sementara melalui udara ada 53.752 orang, sudah mulai kalah populer.
Puncaknya ketika ongkos haji laut lebih mahal dibanding berhaji via udara. Ketika itu biaya haji laut Rp905.000, sedangkan haji menggunakan moda pesawat terbang hanya Rp766.000 atau jauh lebih murah. Akibat dari permasalahan inilah dan semakin majunya teknologi, perjalanan angkutan haji laut pun menjadi terhenti.