JAMAAH haji dari seluruh dunia baru saja menjalani puncak dari prosesi ibadah yang harus dijalani yakni berupa wukuf di Arafah. Rangkaian yang dilakukan adalah semua kegiatan refleksi diri mengingat akan kekuasaan dan kebesaran Allah Subhanhu wa Ta’ala. Para jamaah biasa melaksanakannya dengan membaca doa, bertakbir, bertasbih, bertahmid, dan sebagainya.
Tapi tahukah Anda, bagaimana sebenarnya sejarah puncak ibadah haji wukuf di Arafah ini? Berikut akan Okezone ungkapkan secara singkat, Jumat (1/9/2017). Arafah adalah wilayah terbuka dan luas di sebelah timur luar kota suci umat Islam di Makkah, Arab Saudi. Padang ini diketahui memiliki luas mencapai 10 kilometer persegi.
Prosesi berdiam diri hingga di Padang Arafah dalam rangka meresapi fungsi jiwa dan raga manusia merupakan bentuk berserah diri akan mahakuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rela berpanas-panasan dan beribadah tiada henti juga sebagai wujud menapak tilas peristiwa-peristiwa yang dialami nabi-nabi terdahulu.
Di Padang Arafah, tepatnya di Jabal Rahmah atau Bukit Kasih Sayang, menjadi lokasi kembali bertemunya Nabi Adam alaihissalam dengan Hawa setelah diturunkan ke Bumi akibat melanggar larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika itu, mereka hidup berpencar dan akhirnya bertemu di Arafah setelah mendapat petunjuk dari malaikat. Di tempat ini, keduanya bertobat dan memohon ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas dosa yang diperbuat.
Dalam kitab suci Alquran disebutkan:
"Keduanya berkata: Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS Al A'raf: 23).
Kemudian wukuf di Arafah juga untuk menghayati makna dari kisah Nabi Ibrahim alaihissalam dengan putranya Nabi Ismail alaihissalam. Saat itu Nabi Ibrahim belum juga dikaruniai anak setelah puluhan tahun menikah dengan Sarah.
Nabi Ibrahim pun tidak henti-hentinya berdoa meminta karunia diberi keturunan. Lalu hingga pada suatu ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan permintaan tersebut dengan lahirnya Nabi Ismail alaihissalam.
Ketika sampai di satu titik Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji ketaatan Nabi Ibrahim alaihissalam. Dalam tidurnya, ia bermimpi Allah Subhanahu wa Ta’ala meminta agar Ismail dikurbankan dengan disembelih. Nabi Ibrahim bangun, selanjutnya merenungkan mimpi itu pada 8 Zulhijah.
Sehari kemudian ia mengetahui ('arafa) benar mimpi tersebut dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saat itu Nabi Ibrahim berada di Padang Arafah. Ia pun segera berniat menyembelih Ismail pada 10 Zulhijah. Tapi, hal itu tak terjadi karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk menyembelih hewan kurban.
Selanjutnya di Jabal Rahmah, Bukit Arafah, juga merupakan tempat wahyu terakhir diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melakukan wukuf. Wahyu tersebut bermula dalam Surah Al Maidah. Di kaki Bukit Jabal Rahmah pun terdapat batu bersejarah tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwukuf.
(Hantoro)